Advertisement
Wah Songket Minangkabau Dipamerkan di Swiss Lho
Advertisement
Harianjogja.com, LONDON-Kain tradisional songket Minangkabau diperkenalkan di publik Swiss pekan lalu. Pameran songket ini digelar di Kota Lyssach oleh pasangan suami istri warga Swiss, Bernhard dan Erika Bart serta Trini Tambu, perempuan minang asal Koto Gadang, Sumatra Barat.
Pameran kain songket yang digelar pertama kalinya di Swiss, itu bertajuk "Gold and Silk: the Revitalization of the Songket weaving in West Sumatra", demikian keterangan KBRI Bern, Senin (16/4/2018) lalu.
Advertisement
Dubes Indonesia untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Muliaman Dharmansyah Hadad, menyampaikan penghargaan pada Bernhard dan Erika Bart atas upaya melestarikan dan mempromosikan Budaya Indonesia khususnya Songket Minangkabau, yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, tapi menjadi jembatan budaya bagi Indonesia dan Swiss.
Bernhard Bart, 71, merupakan arsitek Swiss, mendedikasikan lebih dari dua puluh tahun hidupnya merestorasi kembali motif Songket lama Sumatera Barat.
Kecintaannya terhadap Songket dimulai tahun 1996, ketika pertama kali mengunjungi Sumatera Barat belajar Bahasa Indonesia. Bernhard yang acapkali melanglang buana dan menyukai kerajinan tangan, menambatkan hatinya pada tenun Songket Sumatera Barat, khususnya songket asal Koto Gadang.
Di mata Bernhard, songket tidak hanya sekedar seulas kain, namun songket merupakan bagian dari sejarah dan ritual adat masyarakat Minangkabau. Dahulu kala, masyarakat Minangkabau tidak menulis filosofi hidup dan budayanya di atas secarik kertas, namun diturunkan dari generasi ke generasimelalui karya ukir dan tenun songket.
"Meneliti Songket merupakan hal menyenangkan, karena songket dengan motif paling sederhana pun memiliki makna filosofis dan budaya, yang sangat menarik untuk dipelajari", ujar Erika Bart.
Makna Sejarah
Pengunjung mayoritas warga Swiss dan juga internasional dengan berbagai latar belakang antara lain pecinta seni, pengamatfashion dan komunitas diplomatik mengagumi songket hasil karya Bernhard Bart, yang tidak hanya indah dilihat, namun juga memiliki nilai seni yang tinggi dan memiliki makna sejarah.
Kecintaannya terhadap songket membuatnya mendirikan studio songket di Sumatera Barat pada 2005. Bernhard sadar songket dengan motif dan teknik tradisional akan punah apabila tidak dilestarikan.
Dengan tekun ia mempelajari berbagai motif Songket dan teknik menenun songket dengan alat tenun tradisional. Baginya, membuat songket membutuhkan perhitungan yang cermat, layaknya arsitek membuat desain membangun rumah.
Songket karya Bernhard Bart berhasil mendapatkan penghargaan UNESCO Award of Excellence for Handicrafts se-Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Pada 2016, Bernhard mengadakan pameran songket bertajuk "Queen of Textile: One Root, One Heritage" diadakan di luar Indonesia, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia/Antara
Berita Lainnya
- Nathan Tjoe Aon Gabung Lagi, STY Yakin Kejutkan Korsel Jumat Dini Hari
- Lobi Erick Thohir Jempol, SC Heerenveen Lepas Nathan Tjoe hingga Akhir Turnamen
- Kecelakaan di Jalan Solo-Jogja Delanggu Klaten, Pemotor asal Magetan Meninggal
- Prediksi Susunan Pemain Persik Kediri Vs PSS, Misi Sleman Hindari Degradasi
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Rabu 24 April 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- 11 Cara Kematian Paling Menyakitkan Menurut Sains
- Selain Enak, Deretan Makanan Super Ini Bisa Cegah Penyakit
- Manfaat Tertawa, Menggigil, hingga Muntah pada Tubuh Anda
- Sejumlah Zodiak Ini Diramalkan Menikah di Tahun 2023
- Seorang Ibu Minum ASI Sendiri karena Tak Rela Jika Dibuang
- Wajah dan Tubuh Tidak Simetris, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement