Advertisement

Karya Fesyen Juga Bisa Mewujudkan Gerakan Peduli Lingkungan

Asteria Desi Kartika Sari
Minggu, 13 Mei 2018 - 10:35 WIB
Maya Herawati
Karya Fesyen Juga Bisa Mewujudkan Gerakan Peduli Lingkungan Model memperagakan busana Sikie Purnomo pada hari pertama Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta, Rabu (28/3/2018). - JIBI/Bisnis Indonesia/Dwi Prasetya

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA-Banyak desainer di Indonesia mulai mengambil bagian dalam gerakan kampanye lingkungan. Para desainer ikut memperjuangkan siklus kehidupan yang lebih baik melalui produk fesyen.

Salah satunya adalah desainer Dina Midiana. Dia selalu membawa konsep sustainable fashion dalam setiap rancangan busananya.

Advertisement

Dina menuturkan salah satu strategi untuk membuat industri kreatif lebih maju, khususnya fesyen adalah dengan berfondasi kepedulian lingkungan,sosial, dan lokal.

“Semangat itu yang harus dijaga, paling tidak melalui fashion kita memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kalau kita hidup dengan kepedulian itu kita akan hidup lebih baik untuk masa depan dunia ini,” jelas Dina.

Bagi Dina, sustainable juga dapat diartikan memperhatikan dampak lingkungan dan juga penghematan untuk menjaga siklus kehidupan.

Oleh karena itu salah satu aksi nyata yang dilakukannya untuk memperjuangkan sustainable fashion, Dina merancang busana dengan memanfaatkan bahan-bahan sisa seperti perca maupun baju bekas yang di desain ulang menjadi busana yang baru dan modern untuk menghindari pemborosan bahan.

“Konsep sustainble sebenanya luas. Melalui fashion tidak mesti memakai bahan alam, pewarna alam, namun juga recycling ataupun upcycling,” katanya.

Untuk membangun kepedulian tersebut, pihaknya akan bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengadakan Becraft Kreatif Lap. Tahun ini, pihaknya ingin memperkuat fondasi kepedulian lingkungan melalui fashion.

“Sebenarnya ini tanggung jawab semua, dari atas sampai bawah, tua maupun muda. Namun yang paling penting bagaimana kesadaran dari diri sendiri mau bertanggung jawab kepada pemeliharaan itu muncul dari masyarakat dapat ditularkan melalui fesyen,” katanya.

Salah satu desainer muda Wilsen Willim juga memiliki semangat yang sama. Guna mengoptimalisasi komponen-komponen sustainable fashion dalam memproduksi karya busana, menurutnya, tidak hanya menyangkut tren fesyen yang ramah lingkungan saja untuk mencapai tujuan tertentu. Namun, lebih pada bagaimana pelaku industri fesyen dapat membantu berputarnya siklus di sekitar mereka. Siklus tersebut merupakan gabungan dari menciptakan lingkungan yang lebih layak secara ekologis, sosial, maupun ekonomi.

“Bagi saya sustainable fashion adalah seperti membuat dunia menjadi lebih indah, [untuk komponen-komponen] masing-masing negara pasti memiliki standar yang berbeda.Namun saya akan memberikan hal yang terbaik untuk menjadi sustainable dengan brand saya,” jelas Wilsen.

Menurutnya, ada dua komponen penting yang menjadi kunci utama untuk menjaga siklus ini berkelanjutan secara penuh. Pertama, bagaimana menjaga hubungan yang baik antara desainer dan pengrajin dengan adanya transparansi serta keadilan dalam hubungan tersebut. Kedua, efisiensi penggunaan bahan dan jumlah produksi.

Kerja Sama

Untuk mewujudkan hal tersebut, Wilsen Willim bekerjasama dengan British Council, Fashion Revolution Indonesia, dan Indoestri MakerSpace mengadakan open studio, yaitu sebuah kampanye untuk membangun kesadaran kepada para penggiat fesyen. Salah satunya untuk mengetahui proses produksi baju yang berkualitas memiliki proses yang tidak mudah.

Harapnnya, tidak hanya desainer, tetapi fashion enthusiast, konsumen, dan masyarakat luas bisa membagikan informasi ke lingkungan mereka masing-masing.

"Jadi membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya isu ini,” ujarnya.

Gerakan ini adalah cara yang sederhana untuk merombak sistem yang berlaku di industri fesyen dunia. Tujuannya agar lebih menghargai manusia, lingkungan, serta memberikan keuntungan bagi semua pihak. Cara-cara sederhana ini juga menuntut industri fesyen agar lebih transparan dalam menerapkan sistemnya.

Selain itu, melalui Open Studio dia berharap dapat memicu percakapan dan terdapat keterlibatan pecinta mode untuk mengetahui dari manapakaian sehari-hari mereka berasal, sehingga dapat menciptakan industri fashion yang berkelanjutan dan mengerti etika industri fesyen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia/Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Darah di DIY Menipis, PMI: Aktivitas Donor di Luar Belum Banyak

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Cak Imin Tetapkan Kriteria Calon Kepala Daerah yang Diusung PKB

News
| Sabtu, 20 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement