Advertisement

Djogjakarta 1945, Ajak Masyarakat Nguri-Uri Sejarah Jogja

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 06 Juni 2018 - 13:35 WIB
Maya Herawati
Djogjakarta 1945, Ajak Masyarakat Nguri-Uri Sejarah Jogja Komunitas Djokjakarta 1945 menggelar drama kolosal Serangan Umum 1 Maret di sepanjang Jalan Malioboro. - ist/Komunitas Djogjakarta 1945

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jogja tidak hanya dikenal sebagai kota budaya, tetapi juga kota sejarah. Kota ini andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal itulah yang ingin disampaikan komunitas Djokjakarta 1945 kepada masyarakat.

Djokjakarta 1945 sebagai komunitas pegiat sejarah, ingin menyebarkan sebuah fakta pad masyarakat bahwa Jogja juga andil dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Beberapa peristiwa penting yang terjadi di Jogja, mulai dari perpindahan Ibukota Republik Indonesia ke Jogja, Serangan Umum 1 Maret 1949, Agresi Militer Belanda ke-II sampai kembalinya kedaulatan Republik Indonesia ke Jogja, menunjukkan andil besar kota ini dalam mengusir penjajah.

Advertisement

Djokjakarta 1945 yang hadir sejak 24 November 2013 ini ingin mengajak masyarakat untuk nguri-uri sejarah itu. “Visi kami ingin mengenalkan bahwa Jogja adalah Kota Republik, Kota Perjuangan. Misinya ajak masyarakat untuk nguri-uri [sejarah Kota Jogja],” kata Ketua Djokjakarta 1945, Eko Isdianto, 35 kepada Harianjogja.com, pekan lalu.

Untuk mewujudkan visi misi itu, para anggota komunitas ini secara rutin mengadakan kopi darat atau kopdar setiap bulan. Pertemuan yang dilakukan rutin setiap bulan di kawasan Bantul ini terkadang dikemas dalam sebuah diskusi atau seminar kecil yang mendatangkan para pecinta sejarah dan pakar sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta perguruan tinggi lain yang memiliki jurusan sejarah. 

Penampilan para anggota saat kopdar juga selalu lekat dengan perjuangan. Gaya dengan topi, kemeja cokelat susu, sampai jaketnya menggambarkan zaman perjuangan. “Istilahnya penampilan kami itu sudah jadi lifestyle kami. Gaya-gayanya zaman pergerakan [kemerdekaan],” tuturnya.

Komunitas ini juga menjadwalkan kegiatan kunjungan ke rumah-rumah para veteran. Dalam silaturahmi itu, tidak jarang veteran menceritakan kondisi zaman perjuangan dulu. Selain itu, Djokjakarta 1945 juga memiliki program 3M yaitu Merti, Monumen dan Museum. Melalui program ini, Djokjakarta 1945 membersihkan monumen dan tetenger yang ada di kawasan Jogja. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

Saat di museum, para anggota akan membersihkan perlengkapan senjata yang ada di dalam almari. Kegiatan ini tetap didampingi pihak museum agar tidak terjadi kesalahan tata letak. “Kami sembari belajar juga kalau barang-barang ini dulu jadi modal perjuangan,” tutur Eko.

 

Merawat Ingatan

Untuk kegiatan 3M ini, komunitas yang memiliki anggota lebih dari 100 orang ini juga mengajak komunitas lain untuk terlibat, seperti komunitas motor tua.

Sementara dalam memperingati Serangan Umum 1 Maret, tahun ini Djokjakarta bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Korem menggelar drama kolosal Serangan Umum 1 Maret di sepanjang Jalan Malioboro.

Ratusan orang berpakaian perjuangan tampak saling serang dengan penjajah. Di situ, alutsista juga diterjunkan agar suasana semakin dramatis.

“Kami selalu ingin merawat ingatan masyarakat dengan memvisualisasikan atau memeragakan sebuah tragedi,” kata Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement