RIOT, Membudayakan Olahraga yang Sederhana

Harianjogja.com, JOGJA—Budaya hidup sehat dengan berolahraga terus digalakkan. Tidak perlu dengan olahraga berat yang butuh keahlian khusus seperti renang atau badminton. Masyarakat dapat melakukan olahraga yang sederhana, seperti lari. Hal inilah yang ingin disampaikan komunitas Running Is Our Therapy (RIOT). RIOT adalah komunitas olahraga lari yang lahir pertama kali di Bali sekitar dua tahun lalu. Komunitas ini hadir untuk mewadahi masyarakat setempat, utamanya di daerah Kuta, yang sangat berminat pada lari.

Setelah Bali, RIOT tersebar di 10 kota besar di Indonesia antara lain, Jakarta, Banjarnegara, Surabaya, Bandung, Solo, Lombok, Gorontalo, Palu, Makassar, dan terakhir Jogja. Grand launching RIOT Chapter Jogja sendiri baru dilaksanakan pada Minggu (8/7/2018) lalu di Kampoeng Tugu. Peresmian Chapter Jogja ini menjadi peresmian chapter terakhir di Indonesia.

Saat grand launching RIOT Chapter Jogja itu, anggota komunitas bersama peserta komunitas lari di Jogja mengikuti lari sejauh lima kilometer. Adapun rutenya mulai dari Tugu Pal Putih, Titik 0 Km, Taman Pintar, Hotel Melia Purosani, Kotabaru, dan kembali ke Kampoeng Tugu.

Kapten RIOT Chapter Jogja, Arif Ardi Setiawan mengatakan RIOT memberi dukungan setiap ada kegiatan maraton di Indonesia, seperti Borobudur Marathon. Salah satu perwujudannya dengan memberikan pelatihan lari yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora). “Setiap kota yang ada kegiatan maratonnya, pasti RIOT ada di situ,” tegas Arif pada Harian Jogja, Minggu (8/7).

Ardi melihat, saat ini olahraga lari memang sedang tren. Lari seakan menjadi gaya hidup dan bukan hanya kebutuhan akan kesehatan. Seiring pemahaman lari sebagai gaya hidup itu, pengetahuan masyarakat tentang lari yang benar pun minim. Mereka masih mengabaikan hal-hal penting yang harus dilakukan dalam olahraga lari.

“RIOT mengajarkan lari yang benar. Misalnya kalau lari badannya harus condong ke depan. Menapak juga pada bagian depan, bukan pakai tungkai. Atur nafas, setiap dua kali langkah tarik nafas dan setelah dua langkah berikutnya embuskan,” katanya.

Selain memberikan pengetahuan tentang teknik lari yang benar, RIOT juga ingin menanamkan nilai kekerabatan dan kekeluargaan. Ardi melihat, kerap kali komunitas hanya dijadikan wadah untuk event. “Ada yang lari, selesai, sudah. Kami enggak tahu tadi itu siapa. Maka dengan kekerabatan dan kekeluargaan antaranggota yang dibangun, olahraga itu terasa menyenangkan,” kata Ardi.

Ikut Gratis

Siapapun dapat bergabung dalam komunitas lari ini. Bagi masyarakat yang hanya ingin bergabung dalam kegiatan lari, dapat mengikuti secara gratis. Running skill akan digelar setiap Rabu di Lapangan Pancasila UGM dan Sunday Morning Run dengan awalan di Kampoeng Tugu.

“Jika ingin mendaftar sebagai member, harus melamar dan akan mendapatkan ID seperti kaus jersei dan topi. Minimal harus ikut latihan RIOT tiga kali dan nanti ada di-review dari public relation [RIOT] dan di-approved [disetujui] oleh kapten [pemimpin klub],” katanya.

Ardi mengakui, komunitas lari di Indonesia memang sudah banyak. Namun keberadaan RIOT bukan ingin melangkahi komunitas-komunitas yang sudah ada itu, melainkan untuk melengkapi. Agar lebih total menjadi anggota RIOT, komunitas ini mewajibkan anggotanya hanya mengikuti satu komunitas saja.

“Kalau ingin latihan dengan komunitas lain silakan, tapi kalau untuk menjadi member [komunitas lain] tidak. Saat sudah menjadi RIOT lupakan masa lalumu. Kami tidak ingin ada dualisme. Inginnya lebih total di RIOT karena klub ini akan besar oleh kami sendiri,” katanya. Sampai saat ini, RIOT Chapter Jogja sudah memiliki 21 anggota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News