Advertisement

Menumpuk Barang Itu Kebiasaan Negatif, Ini Cara Mengatasinya

Mahardini Nur Afifah
Jum'at, 20 Juli 2018 - 20:35 WIB
Maya Herawati
Menumpuk Barang Itu Kebiasaan Negatif, Ini Cara Mengatasinya Kebiasaan menumpuk barang - ist/hammerle

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kebiasaan menumpuk barang belakangan menjadi bahan perbincangan di kalangan warganet. Di kanal Youtube sampai ada acara Hoarding: Buried Alive, gambar ekstrem kondisi beberapa rumah para penumpuk barang diumbar secara gamblang.

Dalam tayangan diperlihatkan mereka terus mengumpulkan barang dari sedikit hingga menumpuk mirip gudang. Mereka menolak rumahnya dibersihkan. Padahal kondisinya sudah mengarah tidak sehat. Tak cuma memengaruhi mental dan fisik, melainkan juga problem finansial sampai mengganggu hubungan dengan orang di sekelilingnya.

Advertisement

Kendati memprihatinkan, namun kondisi tersebut jamak dialami sebagian orang. Seperti dilansir Psychologytoday, International Obsessive Compulsive Disorder (OCD) Foundation sempat memperkirakan satu dari 50 orang tengah bergelut dengan kebiasaan menumpuk barang. Kebiasaan ini juga disebut sebagai hoarding disorder.

Terdapat sebuah argumen kebiasaan mengumpulkan barang secara kompulsif masuk kategori OCD. Namun pengategorian tersebut masih diperdebatkan. Diperkirakan satu dari empat pasien yang mengalami OCD, juga merupakan pengumpul barang yang kompulsif.

Para pakar menyimpulkan kebiasaan mengumpulkan atau menimbun barang mulai mengarah pada kelainan psikologis saat perilaku tersebut mulai mengganggu fungsi keseharian.  Beberapa ciri umum gangguan bisa dilihat dari gejala barang yang ditimbun mulai mendominasi rumah, ketidakmampuan menyisir barang, memelihara koran, kertas kerja, majalah, sampai surat elektronik.

Levelnya semakin meningkat saat kebiasaan ini mulai memengaruhi aktivitas sehari-hari sampai sulit membuat keputusan, sulit menata barang di rumah, hingga tidak nyaman saat ada orang menyentuh barang tidak terpakai tersebut.

Kebanyakan gangguan doyan menumpuk barang ini menjangkiti orang setengah baya, mereka mulai mengumpulkan barang mulai umur belasan tahun. Penyebabnya cukup beragam. Bisa karena trauma, isolasi sosial, atau sekadar kebiasaan yang diturunkan.

Bagi yang ingin membantu orang dengan kebiasaan hobi mengumpulkan barang secara kompulsif, terdapat beberapa langkah yang bisa dikerjakan. Seseorang yang sudah sembuh dari kebiasaan tidak sehat ini menuliskannya di Helpforhoarding.net dan Livesimply.me Berikut ini beberapa kiat untuk mulai menyelamatkan rumah agar lebih nyaman ditinggali.

Kerjakan sedikit demi sedikit.

Alokasikan waktu khusus untuk mulai membersihkan barang dari salah satu sudut rumah. Jika terpaku harus membersihkan seluruh rumah dalam satu waktu, rasanya memang kewalahan dan memicu stres. Setelah menentukan waktu dan bagian yang ingin dikerjakan, mulai fokus bersihkan. Buang barang yang sekiranya tidak perlu. Susun kembali barang yang masih diperlukan.

Setop berpikir ulang

Saat momen menyeleksi barang, segera putuskan mana yang masih sering digunakan dan yang sudah tidak diperlukan. Memang cukup sulit ketika harus menimbang, tapi usahakan tegas dan hanya simpan barang yang sangat diperlukan. Karya seni hasil kreasi si kecil memang menawan. Tapi simpan beberapa saja yang paling favorit. Sisanya bisa difoto. Realistis soal jumlah. Kadang kita memang suka piring imut misalkan. Tapi tidak perlu memiliki 17 barang dengan jenis beda tipis dalam satu waktu. 

Singkirkan kertas bekas

Kebanyakan penimbun barang suka mengumpulkan kertas berkas. Baik dari koran, majalah, kantor, sampai brosur dari toko langganan. Jika sudah terkumpul, jual kertas tidak berharga tersebut. Mulai kebiasaan baru menolak membawa brosur pulang.

Buat sistem penyimpanan barang

Alasan klasik rumah menjadi berantakan adalah ketiadaan sistem penyimpanan barang. Sistem memungkinkan orang terus mengumpulkan barang, kapan membuang barang tidak terpakai dan menggantinya dengan yang baru, atau paling simpel membuat daftar tugas beres-beres rumah. Terapkan juga aturan saat punya satu barang baru, singkirkan atau sumbang satu barang tidak terpakai lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Takjil Tradisional di Pasar Ramadan Kauman Jogja

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 15:12 WIB

Advertisement

alt

Mendag Sebut Kemendag Tak Tinggal Diam Mengetahui Perdagangan Pakaian Bekas Impor Kembali Marak

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 14:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement