Advertisement

Pasangan Beda Budaya Sediakan Waktu Penjajakan

Mahardini Nur Afifah
Senin, 27 Agustus 2018 - 16:35 WIB
Maya Herawati
Pasangan Beda Budaya Sediakan Waktu Penjajakan Ilustrasi Pasangan - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Menikahi seseorang dengan perbedaan latar budaya bukanlah perkara sederhana. Dibutuhkan pengertian ekstra dan kesabaran hingga masing-masing berbesar hati bisa terus menjaga toleransi dalam rumah tangga.

Seperti dilansir familiesforlife.sg, pasangan dengan latar budaya berbeda memiliki sederet tantangan yang mesti dihadapi ke depan. Dengan mempelajarinya saat masa penjajakan, kemunculan konflik dalam rumah tangga kelak bisa diredam. Berikut ini beberapa di antaranya:

Advertisement

Anak, agama, dan nilai

Individu kita dibentuk dari agama dan nilai. Norma yang dianut dari kedua aspek ini tidak gampang diubah. Ketika bagian dari budaya ini dibenturkan, seseorang bisa kehilangan jati dirinya. Tidak ada salahnya mengambil keputusan bersama pasangan untuk menentukan arah keluarga ke depan. Misalkan ada perbedaan nilai dan agama, anak nantinya harus ikut ayah atau ibu atau bebas. Yang paling penting dari perbedaan prinsip ini pasangan bisa ajeg menoleransi ekspektasi pribadinya. Sehingga setiap perbedaan bisa didiskusikan dengan kepala dingin. 

Kebiasaan finansial dan perilaku

Uang kerap menjadi biang konflik dalam rumah tangga. Dalam pernikahan multikultur, ada kalanya kita dihadapkan pada perbedaan pola keuangan. Beberapa budaya menempatkan laki-laki sebagai pengatur segalanya termasuk urusan duit. Mereka menjadi pencari nafkah utama sehingga ada momentum mereka tertekan saat keuangan tidak stabil. Namun ada juga budaya yang menempatkan perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga harus mengorbankan karier yang sudah mapan.

Konsep keluarga

Beberapa budaya memandang keluarga saklek hanya mencakup ayah, ibu, dan anak. Tapia da juga budaya lain yang melihat keluarga sebagai orang tua, kakek nenek, anak-anak, mertua, ipar, om, tante, dan seterusnya sebagai satu kesatuan keluarga. Saat pasangan menikah tanpa pemahaman konsep keluarga masing-masing, konflik bisa dipantik dari topik ini.

Dengan mengidentifikasi bakal persoalan perbedaan budaya di masa mendatang, pasangan bisa bersiap-siap untuk lebih memahami satu sama lain. Sebelum resmi mengikat janji sehidup semati, upayakan untuk mengenali budaya pasangan. Dengan demikian kita mengetahui tradisi, nilai, sampai norma yang dianut. Terlebih jika ada perbedaan bahasa. Kita bisa mempelajarinya agar kelak tidak ada hambatan berkomunikasi. Ajari juga tradisi dan budaya pasangan kita agar si kecil mengenal akar dari pasangan. Yang tak kalah penting ketika sudah berumah tangga, jaga hubungan baik dengan keluarga pasangan. Caranya bisa lewat menghubungi dengan telepon pintar dan menyempatkan berkunjung jika ada kesempatan. Dengan demikian, kita masih terhubung dan bisa memperkokoh ikatan dengan pasangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pembangunan ITF Bawuran Capai 40 Persen, Pemkab Optimis Rampung Mei 2024

Bantul
| Kamis, 25 April 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement