Advertisement

Jangan Sampai Stres Jadi Depresi, Ini Kiat Mengelolanya

newswire
Kamis, 30 Agustus 2018 - 20:35 WIB
Maya Herawati
Jangan Sampai Stres Jadi Depresi, Ini Kiat Mengelolanya Ilustrasi stres - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Stres pasti dialami semua orang. Namun jangan sampai stres yang Anda alami berubah menjadi depresi.

Menurut psikiater dari Asosiasi Psikiatri Indonesia wilayah DKI Jakarta, Eva Suryani apabila stres terus berlangsung hingga dua minggu ditambah keluhan lain seperti sulit berkonsentrasi, merasa masa depan suram hingga ada keinginan bunuh diri, maka waspadalah karena ini mengarah pada depresi.

Advertisement

"Depresi itu ada tiga gejala utama yakni mood turun, energi hilang dan kehilangan minat. Lalu ditambah gejala tambahan seperti sulit berkonsentrasi, merasa masa depan suram, ada keinginan untuk bunuh diri dan gejala menetap selama dua minggu," ujar Eva di Jakarta, belum lama ini.

Agar tak menjadi depresi, Eva menekankan pentingnya mengatur stres dan suasana hati agar tak terus menerus memburuk. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah menyadari kekurangan dan kelebihan diri.

"Saya punya keterbatasan ini kelebihan ini. Lalu kalau saya punya harapan lalu tidak bisa terpenuhi saya harus turunkan ekspektasi harapan itu," kata dia.

Sebaiknya pahami gejala dini stres dan penyebab Anda mengalaminya. Dalam hal ini Anda membutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik agar mampu menghadapi kondisi yang tak sesuai harapan Anda.

Kalaupun kondisi ini berkembang menjadi depresi ringan, mencurahkan isi hati pada seseorang yang Anda percaya bisa menjadi membantu. Atau jika Anda merasa malu dan tak percaya pada orang lain, sekedar menulis isi hati pada buku harian bukan ide buruk.

"Untuk ringan, curhat sudah membantu karena kita merasa didengarkan, atau melalui tulisan misalnya menulis di buku diary. Itu bisa menjadi bentuk ekspresi, apalagi kalau Anda takut cerita Anda tersebar, khawatir dihakimi," tutur Eva.

Jika tidak, Anda mencoba bercerita pada psikiater melalui aplikasi. VP Marketing Halodoc, Felicia Kawilarang mengatakan aplikasi chat bisa membantu orang yang masih merasa malu bercerita soal kondisi psikologisnya pada ahli kesehatan.

"Banyak orang masih malu datang sendiri ketemu psikolog, psikiater bisa chat. Ini untuk penanganan pertama saja. Kebanyakan orang yang malu, senang mengobrol dengan orang (ahli kesehatan) yang enggak dikenalnya," tutur dia dalam kesempatan yang sama.

Namun, jika gejala semakin berat yang ditandai adanya dua hingga tiga gejala utama ditambah empat gejala tambahan semisal hilang minat untuk melakukan kegiatan yang biasanya disenangi, susah konsentrasi, pandangan masa depan suram dan gagasan untuk bunuh diri, dan ini berdampak nyata pada kehidupan, maka meminta pertolongan psikiater menjadi rekomendasi Eva.

"Kalau gejala makin berat sebaiknya tatap muka langsung," kata Eva yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Program UMKM Naik Kelas Belum Optimal, Ini Kata Pemkab Gunungkidul

Program UMKM Naik Kelas Belum Optimal, Ini Kata Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Minggu, 05 Oktober 2025, 23:07 WIB

Advertisement

Presiden Prabowo Umumkan Komite Reformasi Polri Pekan Depan

Presiden Prabowo Umumkan Komite Reformasi Polri Pekan Depan

News
| Minggu, 05 Oktober 2025, 22:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement