Advertisement

Yuk Ajarkan Latih Kedisiplinan Anak dengan Pola Asuh Positif

newswire
Sabtu, 08 September 2018 - 18:35 WIB
Maya Herawati
Yuk Ajarkan Latih Kedisiplinan Anak dengan Pola Asuh Positif Ilustrasi anak-anak - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Mengajarkan kedisiplinan kepada anak dengan menerapkan pola asuh positif harus dimulai sejak dini, ketika si kecil masih berusia di bawah lima tahun. Sebab pada usia tersebut anak mulai menyerap pengetahuan dengan mengeksplorasi dan mencari tahu berbagai hal.

Ini menjadi saat yang tepat bagi orang tua untuk menstimulasi serta menanamkan nilai-nilai positif dan nilai keagamanan sebagai fondasi awal kepada anak. Dengan demikian, ketika dewasa anak akan memiliki imun yang baik terhadap dirinya sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan.

Advertisement

Namun kadang kala mengajarkan anak untuk disiplin bukanlah perkara mudah. Akan banyak “drama” yang dihadapi orang tua ketika mengajarkan prilaku teratur kepada anak. Sebab, balita biasanya sulit diatur dan sering kali bersikeras pada hal yang diinginkannya.

Gisella Tani Pratiwi, Psikolog Anak dan Remaja dari Yayasan Pulih mengatakan untuk mendidik anak balita, orang tua harus bisa melakukannya dengan menerapkan disiplin positif pada anak tanpa harue mengekangnya secara berlebihan.

Hal ini dapat dipahami sebagai cara orang tua membantu anaknya mengembangkan prilaku teratur sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama tanpa harus menggunakan cara kekerasan atau mengancam.  Sebab, ketika orang tua menanamkan kedisiplinan dengan cara kekerasan atau mengancam maka anak tidak akan mendengarkan apa yang disampaikan.

Menurutnya, orang tua dapat menanamkan kebiasaan baik kepada anak dengan cara memberi penjelasan verbal.  Berdiskusi atau berkomunikasi secara terbuka dengan memberikan contoh dan prilaku dari orang disekitarnya merupakan hal yang penting.

Ketika berkomunikasi dengan si kecil, orang tua dapat menggunakan analogi cara berpikir anak. Sebab, si kecil biasanya memerlukan proses yang lebih panjang saat mengaitkan beberapa hal. Mendisiplinkan anak dengan cara marah-marah saat si kecil rewel justru akan membuat situasai menjadi tidak kondusif.  Ketika si kecil ngamuk, rewel ataupun marah orang tua harus tetap tenang karena kadang si kecil cendereng memancing emosi ibu untuk menarik perhatiannya.

Di samping itu, orang tua juga dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai prilaku yang boleh dan tidak boleh secara nyata dengan memberikan penjelasan logis. “Penjelasan logis yang memiliki alasan, sebisa mungkin alasannya berkaitan dengan dirinya. Misalnya ketika mengajak anak untuk mandi berikan alasan karena dengan mandi badan menjadi sehat dan segar,” ujarnya belum lama ini.

 

Harus Konsisten

Ketika telah membuat peraturan, orang tua juga harus konsisten dan tegas sehingga anak tidak memiliki celah untuk mencari alasan. Di samping itu, orang tua juga bisa memberikan contoh nyata sebab anak akan melakukan apa yang sering dilihatnya.

Orang tua juga bisa menanamkan nilai-nilai tersebut melalui buku cerita, dongeng, atau menonton film singkat mengenai kebiasaan baik yang bisa menjadi contoh dan diterima oleh anak. “Semua dapat dilakukan dengan jalinan komunikasi yang hangat dan konsisten dalam menerapkan atau menyampaikan sesuatu,” ujarnya.

Namun, dalam menanamkan nilai kedisiplinan orang tua harus memahami bahwa kedisiplinan merupakan bentuk pengajaran bukan hukuman. Orang tua harus mengajarkan batasan-batasan kepada anak karena si kecil belum sepenuhnya mampu mengendalikan diri.

Jika anak membuat kesalahan, orang tua tidak lantas harus menghukumnya, biarkan anak melakukan kesalahan agar dia mampu belajar dari kesalahan. Sesudah itu, tugas orang tua untuk menyampaikan konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan agar ke depan anak tidak mengulanginya lagi. Sebaliknya, ketika anak berhasil dengan pencapaiannya, orang tua dapat memberikan penghargaan sehingga membuatnya lebih bersemangat. “Kedisiplinan harus dilakukan secara konsisten, sabar, dan bertahap.”

Lalu jika si kecil terus bersikap keras dengan memukul, merengek, atau menentang, apa yang sebaiknya orang tua lakukan? Selain melakukan kompromi, orang tua mungkin dapat menerapkan hukuman dengan cara timeout atau membiarkanya berdiam diri sejenak. Hal ini akan lebih baik daripada memarahinya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pencegahan Kecelakaan Laut di Pantai Selatan, BPBD DIY: Dilarang Mandi di Laut

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 14:37 WIB

Advertisement

alt

Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang

News
| Jum'at, 19 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement