Advertisement

Temanmu Depresi? Jangan Repot Menasihati, Mereka Tak Butuh Itu

Newswire
Sabtu, 15 September 2018 - 20:35 WIB
Maya Herawati
Temanmu Depresi? Jangan Repot Menasihati, Mereka Tak Butuh Itu Ilustrasi depresi - pheonixrises

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Dokter spesialis kesehatan jiwa, dr Diah Utami SpKj, menyatakan beberapa hal tentang orang yang terlanda depresi. "Seringkali orang terlanda depresi diberi stigma orang yang tidak dekat dekat dengan Tuhan, kurang iman, tidak sabar terhadap cobaan Tuhan, diguna-guna, atau didekati makhluk halus.

Padahal, kata dia, keadaan depresi pada seseorang adalah suatu penyakit yang bisa dialami siapa saja pada usia berapa saja. "Seseorang yang sedang mengalami depresi hanya perlu bercerita mengungkapkan yang dirasakannya dan didengarkan dengan baik oleh orang-orang terdekatnya," kata dia.

Advertisement

Utami menjelaskan, masyarakat bisa membantu orang-orang yang terlanda depresi dengan mendengarkan mereka berbicara, dan membuka wawasan mereka bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu mereka

"Seringkali mereka tahu ada yang terjadi dalam dirinya, namun seringkali merasa takut salah menyatakan perasaan. Terkadang mereka sudah bicara tapi tidak didengarkan, malah dinasehati, atau disalahkan. Itu justru memperparah keadaan," kata dia, di Jakarta, Kamis.

Wakil ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia itu menekankan, seseorang harus benar-benar menjadi pendengar bagi orang yang depresi dengan memberikan perhatian lebih ketika orang tersebut sedang bercerita. Depresi bisa terjadi pada tiap tahapan dalam hidup.

Yang paling umum terjadi ialah depresi setelah melahirkan dan depresi pada usia senja. Sementara ahli psikologi dari Himpunan Psikolog Indonesia, Pelita Sinaga, menekankan kepentingan kehadiran seorang pendengar bagi orang yang mengalami depresi.

"Terkadang orang depresi sudah bicara, tapi tidak didengarkan. Mereka butuh perhatian yang lebih," kata dia belum lama ini.

Namun, bukan sembarang mendengarkan melainkan disertai bahas tubuh yang selaras dengan empati. Seorang pendengar benar-benar fokus mendengarkan dengan memberikan dukungan seperti gestur anggukan kepala, atau bahkan sentuhan secara fisik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia/Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gempa Magnitudo 5 di Gunungkidul Terasa hingga Trenggalek

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement