Advertisement
KOMUNITAS: Ngopinyastro, Belajar Sastra dari Kafe ke Kafe
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Budaya minum kopi alias ngopi di Kota Jogja bagi Komunitas Ngopinyastro harus menimbulkan manfaat positif, salah satunya memperkaya ilmu soal sastra. Komunitas tak sekadar belajar sastra dengan penuh kerukunan, tetapi juga mewadahi segala bakat dan menyuguhkan berbagai kebutuhan ilmu para pecinta sastra.
Suara petikan gitar membentuk alunan melodi membawa beberapa anggota membacakan puisi sesuai ritmenya. Penonton mengamati kegiatan pembacaan puisi itu dengan khidmat di atas permadani sederhana.
Advertisement
Acara bulanan Komunitas Ngopinyastro malam itu sukses membuat Bjong Kopi, tempat mereka menggelar pembacaan puisi, terlihat ramai. Di sela-sela keramaian beberapa anggota yang lain terlihat menikmati kopi sambil menyimak pembacaan puisi.
"Komunitas ini sebenarnya lahir dari budaya ngopi di Kota Jogja. Ngopi itu seharusnya bisa menghasilkan output, waktu itu founder kami, Rabu Pagi Syahbana mengusulkan bagaimana kalau ngopi sambil bahas sastra? akhirnya pada 2011 terbentuklah komunitas ini," kata Riska Kahiyang, 24, Ketua Komunitas Ngopinyastro.
Riska memperkenalkan beberapa anggota komunitasnya yang masih berkuliah dengan latar pendidikan nonsastra. Melalui Ngopinyastro mereka menemukan alternatif komunitas sastra yang selama ini dipandang tinggi, berkelas dan rumit. Artinya, belajar dan menampilkan karya sastra, khususnya puisi di komunitas ini dapat dilakukan siapapun dengan cara dan suasana yang merakyat.
Tak hanya membaca puisi karya pribadi atau membacakan karya puisi seniman favorit mereka, anggota juga dipersilakan menulis sebebas-bebasnya. Misalnya puisi, cerpen dan novel. Nantinya akan digelar diskusi bersama untuk saling melempar masukan agar karya masing-masing menjadi lebih baik.
"Acara membaca puisi di Bjong Kopi merupakan agenda bulanan. Sebulan hanya sekali. Bulan berikutnya, kami juga gelar diskusi tematik. Diskusi kami juga tidak melulu membahas sastra, pokoknya semua disiplin ilmu kami fasilitasi melalui narasumber yang kami undang," kata Riska.
Riska memaparkan selain diskusi sastra puisi, ada juga diskusi seni rupa, seni teater bahkan memasak. Selama ilmu itu bermanfaat bagi para anggota Ngopinyastro, maka akan difasilitasi pengurus aktif dalam diskusi tematik. Tak hanya itu, kemampuan masing-masing anggota juga diwadahi dengan segala platform.
Banyak anggota yang memiliki bakat selain membaca dan menulis puisi. Misalnya desain grafis dan video making. Para anggota yang mahir desain grafis akan membuat pamflet acara Ngopinyastro dan videographer akan mendokumentasikan berbagai acara Ngopinyastro. Menurut Riska, inilah yang disebut sebagai alternatif komunitas sastra.
Saat ini Ngopinyastro memiliki anggota tetap dan masyarakat umum yang turut bergabung dalam setiap aktivitas komunitas.
"Syarat yang mau bergabung hanya mau dan komitmen. Komitmennya misalnya datang ke setiap acaranya Ngopinyastro, enggak melulu acara tetapi juga bisa saat ngopi dan ngobrol-ngobrol aja," kata Riska.
Riska mengaku komunitas tempatnya mewadahi minatnya pada puisi tak pernah menggelar perekrutan anggota. Mereka lebih memilih merekrut anggota melalui kehadiran calon anggota dalam setiap acara Ngopinyastro. "Kalau kayak gitu soalnya kelihatan mana yang benar-benar konsisten berkomitmen," kata Riska.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Berita Populer
- 11 Cara Kematian Paling Menyakitkan Menurut Sains
- Selain Enak, Deretan Makanan Super Ini Bisa Cegah Penyakit
- Manfaat Tertawa, Menggigil, hingga Muntah pada Tubuh Anda
- Sejumlah Zodiak Ini Diramalkan Menikah di Tahun 2023
- Seorang Ibu Minum ASI Sendiri karena Tak Rela Jika Dibuang
- Wajah dan Tubuh Tidak Simetris, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement