Advertisement

Giriloyo Bantul Punya Batik Penuh Filosofi

Maya Arina Pramudita
Sabtu, 07 April 2018 - 18:35 WIB
Maya Herawati
Giriloyo Bantul Punya Batik Penuh Filosofi Sejumlah staf Public Relations Hotel di Jogja bersama Dimas Diajeng Kabupaten Bantul melenggang di cat walk dalam pagelaran adibusana batik tulis karya perajin batik Giriloyo di sela-sela acara seminar Creative Economy Showcase di Gazebo Kampung Batik Giriloyo, Imogiri, Bantul, Kamis (22/03/2018). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL-Sejumlah batik dengna motif asli Dusun Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul ditampilkan dalam segmen fashion show dalam acara Bantul Creative Economy Showcase, Kamis (22/3/2018). Batik-batik yang ditampilkan ini adalah buatan tangan warga setempat dan dibuat secara turun temurun.
 
Acara Bantul Creative Economy Showcase digelar oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bantul bersama Harian Jogja. Acara ini digelar karena Kabupaten Bantul merupakan satu dari 15 kabupaten kreatif di Indonesia berdasarkan penilaian Badan ekonomi Kreatif (Bekraf).

Fashion show adalah segmen penutup dari rangkaian acara berupa seminar nasional. Ada sepuluh kain batik Giriloyo. Lima kain dibuat dalam gaya lilit pada model perempuan dan lima sisanya pada model lelaki. Para model adalah anggota Dimas Diajeng Bantul.

Nurjanah, 50, Koordinator Bidang Produksi Paguyuban Batik Tulis Giriloyo (PBTG) menyebut semua kain batik dibuat oleh anggota paguyuban. “Kain batik ini diproduksi oleh PBTG, di dalamnya terdapat 12 kelompok batik yang terdiri dari masyarakat desa. Masyarakat desa ini memiliki kemampuan membatik secara turun-temurun dari abad ke 17,” terang Nurjanah, seusai acara.

Ia menjelaskan Dusun Giriloyo sejak era 1990-an terkenal sebagai desa dengan pengobatan tradisional gurah. Setelah bencana gempa mengguncang Jogja pada 2006, pemerintah setempat melihat potensi batik dari Dusun Giriloyo.

Sejak itu, masyarakat diajak bekerja sama untuk mengembangkan potensi batik dengan mendesain motif batik khas Giriloyo yaitu motif srigunggu. Motif tersebut memadukan karifan lokal berupa kemampuan membatik dan kemampuan pengobatan tradisional.

Bentuk motif srigunggu menggambarkan motif akar dengan detail daun, batang, bunga, buah srigunggu, dan motif kupu-kupu. Seluruh elemen dalam tanaman srigunggu diaplikasikan dalam kain selebar 2,5 meter.

Motif srigungu, menurut menjadi motif khas terinspirasi dari tanaman srigunggu yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional gurah. Nurjanah menjelaskan bahwa, akar srigunggu itu dikeringkan dan ditumbuk sehingga dapat digunakan untuk mengeluarkan lender-lendir dalam tubuh manusia terutama bagian hidung. Tanaman srigunggu dapat tumbuh dengan subur dan dikembangbiakan dengan baik di Dusun Giriloyo.

“Pada awalnya motif srigunggu hanya diproduksi dalam warna-warna klasik yaitu warna sogan. Namun, seiring berjalannya waktu, motif srigunggu itu semakin diminati masyarakat dari dalam dan luar negeri sehingga mulai diproduksi juga motif srigunggu dengan warna-warna alam seperti cokelat khas kulit kayu, biru dan lain-lain,” terangnya kepada Harian Jogja.

Seluruh motif srigunggu yang diaplikasikan pada kain batik tulis memuat beragam filosofi yang dalam. “Motif akar srigunggu berarti ciri khas Dusun Giriloyo yang berkaitan dengan pengobatan tradisional gurah, kalau bunga srigunggu bermakna kejayaan yang diperoleh masyarakat Giriloyo yang mekar, kemudian motif batang srigunggu berarti masyarakat yang saling bergotong royong. Sebagai detail, motif kupu-kupu berarti setiap mahluk hidup yang mendapat kebahagian dan senantiasa bersyukur kepada sang pencipta,” katanya.

Saat ini, kain batik tulis dengan motif srigunggu telah banyak diolah menjadi berbagai pakaian dengan style casual ready to wear (busana siap pakai kasual) berupa kemeja, blus, gaun dan lain-lain.

“Selain motif batik srigunggu, dari dulu sampai saat ini, masyarakat tetap memproduksi motif batik klasik seperti wahyu temurun, sido mukti, sido arum dan lain-lain. Kain batik tulis tersebut kemudian dijual dan diolah menjadi pakaian berbagai model oleh masyarakat atau desainer,” ujarnya.


Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Plus

Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Plus

Sleman
| Senin, 20 Oktober 2025, 08:07 WIB

Advertisement

Jadi Tersangka, Selebgram Lisa Mariana Dipanggil Polisi Hari Ini

Jadi Tersangka, Selebgram Lisa Mariana Dipanggil Polisi Hari Ini

News
| Senin, 20 Oktober 2025, 06:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement