Advertisement

PARENTING: Bijak Dampingi Anak yang Mulai Pacaran

Mahardini Nur Afifah
Rabu, 03 Oktober 2018 - 19:35 WIB
Maya Herawati
PARENTING: Bijak Dampingi Anak yang Mulai Pacaran Ilustrasi Pasangan. - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Banyak orang tua yang cemas sekaligus bingung saat kali pertama mendapati buah hatinya mulai pacaran. Hal itu wajar pasalnya anak terus tumbuh dan menjadi dewasa sesuai tahap perkembangan psikologisnya dan beberapa orang tua tak siap menghadapi perubahan tersebut.

 Psikolog anak, Barbara Greenberg, menyampaikan orang tua masa kini perlu memahami definisi berpacaran yang mungkin berbeda ketimbang pada masa mereka muda dulu. Pada masa lampau, laki-laki biasanya apel ke rumah perempuan dan mengajaknya jalan berdua untuk sekadar nonton atau makan di restoran cepat saji.

Advertisement

Anak-anak belakangan memahami pacaran sebagai hal yang berbeda. Saat dekat dengan teman spesialnya dan intens berkirim pesan lewat telepon pintar atau sosial media bisa jadi mulai disebut pacaran.

“Pastikan dulu definisi pacaran menurut anak apa? Lantas baru diskusikan aturan boleh dan tidaknya,” ujar Greenberg seperti dikutip dari psychologytoday.com, belum lama ini.

Ia menyebut tingkat kematangan anak untuk mulai menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis paling ideal pada usia 16 tahun. Selanjutnya baru tentukan aturan boleh dan tidaknya selama berpacaran.

Artikel Caring for Your Teenager yang dirilis American Academy of Pediatrics juga menyebut pentingnya keterbukaan anak-orang tua saat buah hati mulai berkencan. Dokter anak, Ron Eagar dari Denver Health Medical Center, menyebut anak zaman sekarang memiliki kecenderungan jalan bareng pacar beramai-ramai dengan teman satu grupnya.

“Kencan berkelompok lebih ‘sehat’ buat remaja. Bisa menghindarkan pasangan dari kecanggungan atau mengurangi ketegangan seksual ketimbang saat kencan berduaan,” terang dokter yang juga memiliki anak beranjak dewasa ini kepada healthychildren.org.

Eagar juga sependapat dengan Greenberg usia paling pas bagi anak mulai berpacaran sebenarnya mulai 16 tahun. “Ada perbedaan besar antara anak berusia 14, 15, 16, atau 17 tahun dalam hal pengalaman hidup. Orang tua bisa menambah atau menguranginya berdasarkan tingkat kedewasaan, tanggung jawab anak, serta norma sekitar,” jelasnya.

Luangkan Waktu

Momentum anak beranjak dewasa juga menjadi waktu tepat bagi orang tua membincangkan persoalan cinta. “Luangkan waktu khusus untuk membicarakan bagaimana kita bisa jatuh cinta, bagaimana kita dulu bertemu dengan pasangan, atau dalam kondisi ekstrem bagaimana sampai bercerai. Dengan bekal percakapan tersebut anak nantinya bisa lebih bijaksana memandang cinta yang tak melulu sempurna,” terangnya.

Orang dewasa juga acapkali mendiskreditkan cinta anak-anak sebagai cinta monyet. Seolah hubungan tersebut tidak melibatkan perasaan.

"Orang tua jangan pernah meminimalkan atau mengolok-olok cinta pertama," kata dokter anak lainnya, George Comerci. "Ini jadi petaka buat keterbukaan anak dengan orang tua nantinya."

Comerci mewanti-wanti orang tua mulai memberikan lampu merah pada buah hatinya ketika pacaran membuat sekolah mereka berantakan, hubungan persahabatan buyar, atau anak kelewat sering jalan bareng pacar.

Eagar memberikan kiat mendampingi anak ketika mereka berada dalam masa-masa sulit putus dari pacarnya. Kebanyakan anak remaja masih rentan dan belum berpengalaman patah hati. Orang tua perlu mendampingi mereka agar tidak sampai pada tahap depresi yang serius.

“Patah hati bisa bikin bunuh diri. Tapi sebagian anak muda bisa melewatinya dan baik-baik saja. Di sini peran ayah dan ibu membantu proses penyembuhan anak-anaknya dengan bermurah hati menyediakan waktu, kesabaran, dan pelukan. Yakinkan mereka bisa melalui masa sulit dan akan bahagia lagi. Jangan gunakan kesempatan ini untuk menyatakan betapa kita tidak menyukai mantan pacar anak. Dorong anak dekat dengan temannya,” ujar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Hindari Kejadian Luar Biasa, SPPG di Gunungkidul Wajib Kantongi SLHS

Hindari Kejadian Luar Biasa, SPPG di Gunungkidul Wajib Kantongi SLHS

Gunungkidul
| Jum'at, 17 Oktober 2025, 20:27 WIB

Advertisement

Berawal dari Mimpi tentang Nabi Nuh, Sepanjang Hidup Mencintai Sungai

Berawal dari Mimpi tentang Nabi Nuh, Sepanjang Hidup Mencintai Sungai

News
| Jum'at, 17 Oktober 2025, 20:39 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement