Advertisement

Tren Kecantikan Sudah Masuk Era Beauty 4.0. Ini Penjelasannya

Asteria Desi Kartika Sari
Rabu, 13 Februari 2019 - 08:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Tren Kecantikan Sudah Masuk Era Beauty 4.0. Ini Penjelasannya Seorang model tengah dihias dalam festival kecantikan Windrose Hair 2018 di Minsk, Belarus, 8 November 2018. Reuters - Vasily Fedosenko

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA--Kecantikan bukan lagi milik diri sendiri atau personal beuaty tetapi sudah bergeser social beauty. Untuk itulah tren kecantikan saat ini disebut memasuki era Beauty 4.0. 

Tampil menarik dan cantik sudah menjadi dambaan banyak orang sehingga saat ini semakin banyak yang mempercantik diri ke klinik kecantikan.

Advertisement

Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan untuk mempercantik diri juga didorong dengan perkembangan media sosial. Fenomena tersebut dinilai juga menjadi tantangan para praktisi atau dokter kecantikan. Hal itu juga dibenarkan oleh Presiden Direktur Miracle Aesthetic Clinic Group Lanny Juniarti.

Lanny mengatakan tantangan para dokter kecantikan semakin kompleks. Pasalnya, masyarakat kini tak hanya mempertimbangkan aspek kecantikan fisik, namun juga faktor lainnya. Seperti faktor psikologi karena interaksi dengan lingkungannya.

Bahkan sebagian besar dari mereka ingin tampil cantik demi mendapatkan pengakuan dari masyarakat di lingkungannya. “Orang butuh aktualisasi diri. Dia mempercantik diri tidak mungkin kalau bukan karena ingin eksis. Apalagi di dunia digital, semua orang ingin selfie, eksis, butuh pengakuan, apresiasi dari orang sekeliling,” kata Lanny di Jakarta dalam acara Aesthetic Outlook 2019, Selasa (12/2/2019).

Dalam media sosial, lanjutnya, hal-hal berkaitan dengan kecantikan dan perempuan menurutnya menjadi beberapa bidang yang paling banyak dicari. Kondisi itu pada akhirnya membentuk suatu persepsi akan kecantikan. Jadi, kecantikan kini bukan hanya sesuai persepsi dokter atau si pemilik wajah, melainkan juga dari penilaian orang sekitar. "Pandangan itu akan men-drive, beauty is not about personal beauty. Bukan milik pribadi tapi sosial," ujarnya.

Menurutnya, cara pandang atau paradigma itu dikenal dengan istilah “Beauty 4.0”, hasil hingga kepuasan pasien tidak cukup hanya sekadar cantik . Artinya bukan hanya sekadar cantik namun bagaimana dampaknya terhadap peningkatan rasa percaya diri, serta memiliki interaksi yang positif dengan orang lain.

Kendati begitu, menurutnya tidak semua keinginan atau permintaan pasien harus dilakukan, hanya karena mendengar omongan orang lain ataupun media sosial. “Kadang kalau bertemu dengan kepribadian yang belum matang, semua pendapat orang diterima, tidak disaring," kata Lanny.

Sehingga seorang dokter tidak hanya sekadar memberikan perawatan namun juga harus bisa memberikan pengertian atau rekomendasi yang paling baik kepada pasien. Pasalnya, tidak semua opini yang berasal dari masyarakat benar dan harus dituruti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gempa Magnitudo 5 di Gunungkidul Terasa hingga Trenggalek

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement