Advertisement

KOMUNITAS: Clean The City, Mengobarkan Semangat Membuang Sampah pada Tempatnya

Salsabila Annisa Azmi
Rabu, 27 Februari 2019 - 11:35 WIB
Maya Herawati
KOMUNITAS: Clean The City, Mengobarkan Semangat Membuang Sampah pada Tempatnya Anggota komunitas Clean The City Jogja membawa sekarung sampah - ist/Clean The City

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Hiruk pikuk euforia perayaan Tahun Baru serta menggunungnya sampah di sudut-sudut kota setelahnya dijadikan momentum oleh Komunitas Clean The City untuk menggaet atensi. Melalui kampanye kreatif, komunitas ini menggaungkan semangat menjaga kebersihan seperti membuang sampah pada tempatnya adalah tugas semua orang.

Komunitas Clean The City awalnya tumbuh di Jakarta pada 2015 saat sekumpulan anggota membersihkan Monumen Nasional dari sampah-sampah plastik. Tak disangka gerakan itu mendapat perhatian yang begitu besar dari masyarakat di Bandung. Mereka pun meniru gerakan itu di wajah kota mereka.

Advertisement

Selanjutnya gerakan di Bandung juga ditiru oleh kota-kota lain. Puncaknya pada 2016 mulai banyak kota-kota besar yang mengikuti gerakan Clean The City dan mulai ada koordinator wilayah di masing-masing kota.

Hal tersebut dipaparkan oleh Humas Komunitas Clean The City Jogja, Rizqi Baihaqi Ahmadi, 31. Menurutnya setiap kota memiliki aturan masing-masing soal spot wajah kota yang akan dibersihkan sekaligus dijadikan tempat menyebarkan kampanye kebersihan. “Kalau di Jogja, kami biasanya membersihkan sampah sekaligus berkampanye di empat penjuru titik nol, sampai ke Malioboro juga,” kata Rizqi kepada Harian Jogja belum lama ini.

Komunitas ini bergerak pada pagi dan malam hari. Malam harinya, mereka melakukan gerakan preventif dengan berkampanye di tengah kerumunan masyarakat. Segala atribut seperti spanduk dan sandwich man dikenakan mereka untuk menarik atensi masyarakat terhadap apa yang mereka katakan dan ajak pada masyarakat untuk menjaga kebersihan wajah kota.

“Kami lakukan itu setiap malam Tahun Baru, karena tahun baru banyak orang berkumpul sehingga itu saat yang tepat buat kampanye. Apalagi setelah Tahun Baru, sampah di wajah kota itu menggunung banyak banget,” kata Rizqi.

Kampanye yang dilakukan pada malam Tahun Baru juga dibarengi dengan anggota yang memunguti sampah-sampah pengunjung empat penjuru titik nol kilometer. Namun kegiatan itu dilakukan secara simbolis. Pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB komunitas ini kembali bergerak membersihkan ceceran sampah di wajah kota dan mengumpulkannya di kantong-kantong sampah.

Setiap tahun baru, komunitas ini berhasil mengumpulkan 70 hingga 90 kantong sampah dari kawasan nol kilometer hingga kawasan Malioboro.

Komunitas ini sempat menemui beberapa kendala ketika kali pertama terbentuk. Hingga 2018 tidak ada pergerakan signifikan dari sampah tahun baru yang mereka kumpulkan. Itu berarti kesadaran masyarakat masih rendah dan kampanye mereka nilai belum efektif.

“Kemudian kami coba menggandeng pemerintah dan kolaborasi dengan komunitas kebersihan lainnya. Tanggapannya sangat positif, tapi pas hari H kami aksi, truk sampahnya enggak datang-datang, kami kumpulkan kantong sampah di tepi jalan dan menunggu sampai truk itu datang,” kata Rizqi.

Tahun Kejayaan

Menurut Rizqi, 2019 adalah tahun kejayaan komunitas ini. Sebab pihak pemerintah sudah sangat kooperatif mengirimkan lebih banyak tenaga kebersihan setiap tahun baru. Jika di tahun sebelumnya kegiatan mereka berakhir pada pukul 08.00 WIB, Tahun Baru 2019 mereka selesai membersihkan sampah pada pukul 07.00 WIB.

Meskipun begitu, Rizki mengaku, tujuan komunitas ini menekankan pada kesadaran masyarakat soal membuang sampah pada tempatnya.

“Fokus gerakan ini adalah membuat gerakan yang membuat dampak buat masyarakat, bukan tukang bersih-bersih tambahan ya. Namun kami ingin hasilnya ada sekumpulan masyarakat yang sadar bahwa kebersihan adalah kewajiban semua orang. Di situ penekanannya,” kata Rizqi.

Hingga saat ini, Komunitas Clean The City ada di 51 kota seluruh Indonesia dengan 70.000 sukarelawan.

Sedangkan di Jogja sendiri, sudah ada 150 sukarelawan yang bergabung dengan berbagai rentang umur. Mulai dari usia SMA hingga para pekerja.

“Syarat bergabungnya enggak ada, yang penting dia cinta kebersihan, sudah bisa gabung. Kalau untuk pengurusnya itu beda lagi, ada seleksi alamnya,” kata Rizqi.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

AJARAN AGAMA: Generasi Milenial Dinilai Penting Belajar Fikih

Bantul
| Rabu, 24 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Setelah Lima Hari, 2 Wisatawan yang Berenang di Zona Hahaya Pangandaran Ditemukan Tewas

News
| Rabu, 24 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement