Advertisement

PARENTING: Menegakkan Disiplin, Mendampingi Anak di Era Digital

Mahardini Nur Afifah
Minggu, 07 April 2019 - 10:07 WIB
Maya Herawati
PARENTING: Menegakkan Disiplin, Mendampingi Anak di Era Digital Ilustrasi anak memegang ponsel - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Orang tua sekarang tumbuh di era pergulatan teknologi. Anak-anak pun hidup di zaman digital. Tantangan ini tak pernah dihadapi generasi sebelumnya. Pola asuh di rumah pun perlu memuat pendidikan era digital  agar buah hati ke depan menjadi warganet sehat dan bijak. Ada beberapa kiat bagi orang tua untuk mendidik anaknya terampil di zaman teknologi informasi seperti dilansir healthychildren.org.

Tetapkan aturan penggunaan gawai

Advertisement

Penggunaan gawai di rumah tidak boleh bertabrakan dengan nilai-nilai keluarga. Sesuaikan dengan gaya pengasuhan di rumah. Ketika digunakan dengan bijak, gawai bisa meningkatkan kualitas hidup. Sebaliknya jika tidak tepat, gawai bisa menggantikan banyak kegiatan berharga seperti mengalihkan interaksi tatap muka, membuang waktu berkumpul, sampai main di luar ruangan.

Pengasuhan virtual dan nyata

Perlakuan kita di dunia maya idealnya sama dengan di lingkungan keseharian. Atur batas pengawasan anak-anak. Kenali anak-anak di dunia maya dan nyata. Kenali juga platform, aplikasi, dan piranti lunak apa saja yang digunakan si kecil. Termasuk  situs apa saja yang rajin mereka sambangi. Apa saja jejak digitalnya di dunia maya.

Batas penggunaan layar

Penggunaan gawai di rumah seperti kegiatan lain, perlu diberi batasan masuk akal. Bermain tanpa kontrol baik secara online maupun offline mempengaruhi kreativitas. Untuk anak-anak yang masih di bawah lima tahun, bermain dengan sebayanya menjadi prioritas. Hindari media digital untuk anak di bawah dua tahun selain untuk mengobrol via video. Batasi penggunaan layar untuk anak-anak usia dua hingga lima tahun, hanya satu jam sehari khusus untuk program berkualitas.

Perlu pendampingan

Gawai bisa dimanfaatkan sebagai sarana mendorong interaksi sosial, membangun ikatan, dan media pembelajaran. Kita bisa ajak anak mengakses gawai bersama alih-alih membiarkan mereka online sendirian. Ajak anak memainkan gim untuk melatih sportivitas. Perkenalkan perspektif hidup kita lewat postingan di internet. Dengan berinteraksi bersama, kita punya kesempatan memahami apa yang mereka kerjakan dan menjadi bagian mereka.

Teladan yang baik

Anak-anak adalah peniru yang hebat. Kita bisa mengajari anak menjadi pribadi yang baik dan santun secara online ketika kita bisa mengontrol diri sendiri dan memberikan teladan. Jika perlu, buat diri kita terkoneksi dengan anak-anak. 

Zona bebas teknologi

Tetapkan zona steril dari gawai misalkan saat makan keluarga, pertemuan keluarga, dan kamar anak-anak. Buat tempat khusus mengisi daya di luar kamar kamar dan isi daya pada malam hari. Tujuannya untuk meminimalkan penggunaan gawai pada jam tidur mereka. Perubahan kecil semacam ini bisa mendorong kita memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga, kebiasaan makan yang lebih sehat, dan tidur yang lebih baik.

Menginstal aplikasi untuk anak-anak

Terdapat puluhan ribu aplikasi dengan label pendidikan, tapi hanya sedikit yang berkualitas. Cari referensi atau ulasan aplikasi, permainan, dan program sesuai dengan usia anak. Hal itu bisa jadi panduan untuk memberikan pilihan produk digital terbaik bagi buah hati.

Boleh online asal taat aturan

Relasi sosial menjadi bagian tumbuh kembang remaja. Tidak masalah jika anak remaja diizinkan online. Media sosial bisa menjadi sarana mereka menjelajahi dan jalan menemukan jati diri remaja. Yang perlu dilakukan orang tua, pastikan anak remaja kita berperilaku baik di dunia nyata maupun virtual. Remaja perlu diingatkan segala sesuatu baik gambar, foto, pemikiran, dan perilaku yang diunggah ke media sosial menjadi jejak digital mereka. Informasi tersebut juga bisa diakses tanpa batas. Bangun komunikasi dengan anak terbuka. Hal itu membantu terutama saat mereka punya pertanyaan atau masalah.

Bahaya predator

Peringatkan anak soal pentingnya menjaga privasi. Anak perlu diberi pengertian sekali konten dibagikan kepada orang lain, mereka tidak punya kesempatan untuk menghapusnya sama sekali. Hal itu termasuk mengirim gambar atau video tidak pantas. Gambar atau video tersebut bisa dimanfaatkan orang tidak bertanggung jawab. Edukasi juga soal banyaknya predator seks yang kerap memanfaatkan  jejaring sosial, ruang obrolan, email, dan permainan online untuk menghubungi dan mengeksploitasi anak-anak.

Tak perlu panik

Bagi anak-anak, kesalahan menggunakan media di era digital merupakan keniscayaan. Sebisa mungkin orang tua menanganinya dengan empati. Manfaatkan momentum tersebut untuk ajang belajar bareng. Namun orang tua perlu waspada saat “bendera merah” mulai berkibar. Yakni ketika anak melakukan sexting, bullying, mengirimkan gambar atau video tengah melukai diri sendiri, atau mengisyaratkan dirinya sedang bermasalah. Jangan sungkan mengontak profesional saat anak sudah mulai butuh bantuan lebih lanjut. (JIBI/Bisnis Indonesia/Mahardini Nur Afifah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos/Healtychildren.org

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kabupaten Sleman Prioritaskan Pembangunan Pertanian

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Jamaika Resmi Mengakui Kedaulatan Palestina

News
| Kamis, 25 April 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement