Advertisement

Pernikahan Tradisional Tionghoa Kian Luntur, Ini Alasannya

Kusnul Isti Qomah
Kamis, 23 Mei 2019 - 07:22 WIB
Mediani Dyah Natalia
Pernikahan Tradisional Tionghoa Kian Luntur, Ini Alasannya Rebecca Kanthor (kiri) dan Liu Jian (kanan) tersenyum saat menggelar upacara pernikahan tradisional Tionghoa di Dong'an, Henan Pusat, Tiongkok, beberapa waktu lalu. JIBI/Reuters - Carlos Barria

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Maraknya pengaruh budaya Barat yang kian modern turut menggerus adat istiadat masyarakat Tionghoa. Misalnya saja adat istiadat upacara tradisional pernikahan Tionghoa yang semakin luntur karena termakan oleh zaman.

Hal tersebut diungkapkan Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Jimmy Sutanto di Jogja, Rabu (22/5). Ia mengatakan saat ini ia tidak menjumpai upacar pernikahan Tionghoa yang masih mempertahankan budaya. Kebanyakan, upacara pernikahan digelar seperti budaya Barat.

Advertisement

"Kalau orang dahulu, menikah pakai baju pink atau merah. Sekarang pakai jas hitam dan seperti budaya Barat. Padahal kalau menurut kebudayaan Tionghoa asli, warna hitam itu adalah warna untuk berkabung," ujar dia ketika dihubungi Harian Jogja, Rabu (22/5).

Jimmy mengungkapkan setelah berabad-abad masyarakat terpapar oleh budaya asing dan mengadopsinya. Seiring dengan masuknya budaya asing tersebut, lambat laun budaya tradisional terlupakan. Jika hal tersebut terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan generasi depan tidak akan mengenal budaya nenek moyang.

"Orang Tionghoa dulu dari terbelakang, dijajah dan sekarang bangkit dan maju. Kita harus lebih baik dari penjajah dahulu, tetapi jangan sampai melupakan warisan budaya dari leluhur. Semoga ke depan, meskipun semakin maju tetapi tetap mengenal budaya nenek moyang," kata dia. 

Tiga Hari Perayakan

Dalam laman Kemdikbud.go.id disebutkan dalam adat pernikahan masyarakat peranakan Tionghoa akan melaksanakan tiga upacara yang berlangsung selama tiga hari yaitu Hari Potong Ayam, Hari Bumbu Masak, dan Hari Pernikahan. Di hari pertama, mempelai wanita akan memotong ayam dan dibumbui dengan lima bumbu dasar khas masyarakat peranakan Tionghoa pada hari kedua untuk kemudian diserahkan ke mempelai laki-laki ketika hari pernikahan tiba. Hal ini bermakna bakti seorang istri yang akan setia melayani suami kelak.

Selama tiga hari tersebut, di kening mempelai perempuan terpasang tanda simbolis berbentuk huruf V berwarna pink. Jika tanda tersebut dipasang persis seperti huruf V, maka sang mempelai perempuan merupakan seorang gadis atau masih perawan. Namun jika huruf V dipasang terbalik, maka sang mempelai perempuan sudah pernah menikah sebelumnya. Masyarakat percaya jika sang mempelai perempuan berbohong terkait status keperawanannya, huruf V yang dipasang tersebut akan jatuh.

Sebelum melaksanakan pernikahan, kedua mempelai akan menjalani ritual yang dilakukan bersama keluarga masing-masing. Yang pertama, orang tua dan keluarga inti akan melayani kedua mempelai seperti menyisir rambut, memakaikan baju, dan merias kedua mempelai. Hal ini menandakan rasa cinta orang tua sampai akhir sebelum sang anak memulai kehidupan yang baru.

Selepas itu, kini giliran sang anak yang melakukan upacara perjamuan teh kepada orang tua. Hal ini merupakan simbol terima kasih anak kepada kedua orang tua yang sudah merawat dan menyayangi anak dengan penuh cinta kasih. Pada hari kedua, atau setelah upacara perjamuan teh tersebut, kedua mempelai akan melaksanakan ritual makan dengan 12 mangkuk hidangan yang berbeda rasa. Hal ini menandakan bahwa pernikahan nanti pasti akan merasakan berbagai macam rasa, seperti manis, asam, asin, pahit, dan lain-lain.

Pada hari ketiga, kedua mempelai akan bertemu di rumah orang tua mempelai perempuan dan melangsungkan upacara pernikahan. Zaman dahulu kedua mempelai akan dianggap sah sebagai pasangan suami istri ketika mempelai laki-laki membuka cadar yang menutupi wajah sang mempelai perempuan.

Ada dua santapan yang biasanya hadir dalam pesta pernikahan masyarakat peranakan Tionghoa yakni sup pengantin dan pangsit pengantin. Sup pengantin merupakan makanan berupa sup yang diisi dengan soun, oyong, potongan cabai, dan udang. Sementara, pangsit pengantin adalah penganan serupa sup pengantin, tetapi ditambahkan pangsit sebagai pelengkap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement