Advertisement

Tak Bisa Disembuhkan, Ini Tanda-Tanda Penyakit Parkinson

MediaDigital
Jum'at, 18 Oktober 2019 - 02:37 WIB
Bhekti Suryani
Tak Bisa Disembuhkan, Ini Tanda-Tanda Penyakit Parkinson Rosa De Lima Renita Sanyasi, dokter di Rumah Sakit Panti Rapih

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-- Penyakit parkinson (PP) merupakan penyakit yang timbul akibat adanya gangguan pada salah satu pusat di otak yang mengatur pergerakan tubuh atau pusat motorik. Pusat motorik tersebut bernama substansia nigra pars compacta dan disertai kekurangan salah satu senyawa kimia yaitu dopamin.

Parkinson lebih sering dialami oleh laki-laki dan berusia lanjut atau di atas 60 tahun. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam kejadian parkinson. Penyakit ini mulai banyak dikenal setelah salah satu petinju profesional terkenal mengalami penyakit ini, yaitu Muhammad Ali. Faktor risiko utama Muhammad Ali mengalami PP adalah adanya riwayat benturan kepala berulang.

Advertisement

Riwayat paparan terhadap pestisida dan herbisida jangka panjang juga meningkatkan risiko PP. Selain itu faktor genetik juga memiliki peranan penting dalam kejadian PP khususnya apabila PP muncul pada usia dini.

“Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan PP akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami PP di kemudian hari,” kata Rosa De Lima Renita Sanyasi, dokter di Rumah Sakit Panti Rapih, Kamis (17/10/2019).

Penyakit parkinson memiliki tanda dan gejala yang khas. Oleh karena bagian otak yang terganggu adalah bagian motorik, maka sebagian besar tanda dan gejala PP melibatkan otot dan tampak pada anggota gerak. Tremor adalah gejala yang paling sering dikeluhkan pertama kali oleh pasien. Tremor tersebut biasa muncul pada satu tangan terlebih dahulu dan tampak jelas saat pasien sedang diam (resting tremor). Tremor juga dapat muncul pada wajah dan tungkai.

Gejala PP yang lain meliputi; kekakuan tubuh, gerakan tubuh semakin melambat, dan gangguan keseimbangan tubuh. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Cara berjalan pasien akan tampak tidak normal.

Saat berjalan, tangan pasien tampak tidak mengayun dengan leluasa, tidak dapat mengangkat kaki tinggi dan langkah kaki menjadi pendek-pendek sehingga menimbulkan kesan berjalan seperti diseret atau seperti robot.

Ekspresi wajah pasien juga menurun atau tidak banyak berekspresi sehingga memberikan kesan seperti wajah topeng. Kondisi ini disebut sebagai hipomimia. Ketika pasien diminta untuk menulis, tulisan pasien menjadi semakin kecil. Hal ini disebut sebagai mikrografia. Saat berbicara, volume suara pasien semakin lama semakin mengecil yang disebut sebagai hipofonia dan terdengar monoton (nada suara terdengar sama). Pasien juga mudah kehilangan keseimbangan dan mengalami penurunan refleks sehingga mudah terjatuh.

Pada kondisi lain, pasien dengan PP dapat mengalami gangguan mental seperti depresi, demensia, gangguan berkemih seperti retensi urine, gangguan pencernaan seperti konstipasi, gangguan fungsi seksual (disfungsi ereksi), dan gangguan tidur atau insomnia.

Pada kondisi tertentu pasien juga dapat mengalami gangguan pada sistem indera berupa penurunan fungsi penciuman yang disebut sebagai hiposmia, rasa kesemutan dan penurunan fungsi penglihatan.

Gejala dari PP muncul secara perlahan dan semakin lama semakin memberat seiring waktu.

Oleh karena itu, pasien biasanya tidak menyadari kapan awal mulanya timbul gejala PP dan datang dalam kondisi yang sudah lanjut. Penegakan diagnosis PP adalah secara klinis, yaitu dengan melakukan pengkajian riwayat penyakit pada pasien dan dengan pemeriksaan fisik.

“PP tidak dapat disembuhkan. Tujuan utama dari penanganan PP adalah untuk mengendalikan tanda dan gejala PP agar tidak semakin memberat,” kata dia.

Obat yang biasa diberikan pada pasien PP adalah obat yang mengandung levodopa, agonis dopamin,monoamine oxidase B inhibitor, contohnya selegilin dan rasagilin, serta obat antikolinergik (triheksifenidil).

Penanganan lain yang dapat diberikan kepada pasien PP melalui operasi dengan deep brain stimulation. Penanganan ini diberikan kepada pasien dengan PP yang tidak menunjukkan respons yang baik terhadap obat.

PP biasa ditangani oleh dokter spesialis saraf. Apabila anda menjumpai keluarga dengan gejala demikian atau bahkan anda sendiri yang merasakan gejala seperti tersebut di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf untuk mendapat penanganan yang tepat dan mencegah perburukan kondisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Rabu 24 April 2024

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 01:57 WIB

Advertisement

alt

Yusril Serahkan Berkas Putusan Asli MK ke Prabowo Subianto

News
| Selasa, 23 April 2024, 21:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement