Advertisement

Jokowi Pesan Avigan dan Klorokuin untuk Atasi Corona di Indonesia. Obat Apa Itu?

Newswire
Sabtu, 21 Maret 2020 - 12:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Jokowi Pesan Avigan dan Klorokuin untuk Atasi Corona di Indonesia. Obat Apa Itu? Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers terkait penangangan COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/3/2020). - ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan untuk melawan virus Corona (Covid-19), pemerintah sudah memesan jutaan obat Avigan dan Klorokuin (Chloroquine).

"Kami sudah mendatangkan 5.000 Avigan, dan dalam proses pemesanan ada dua juta. Kemudian yang kedua Chloroquine, sudah siap tiga juta,” kata Jokowi dalam konferensi pers via video, Jumat (20/3/2020).

Advertisement

Presiden menegaskan, pemerintah bergerak cepat dan melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan kasus Corona di Indonesia.

"Soal kecepatan ini, yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa kita tidak diam. Tetapi mencari informasi-informasi apa yang bisa kita dapatkan guna menyelesaikan Covid-19 ini," katanya.

Nantinya, sambung Jokowi, Avigan dan klorokuin akan disalurkan oleh dokter kepada warga. Para dokter akan berkeliling dari rumah ke rumah di kawasan yang terdapat pasien positif Covid-19.

"Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan, melalui dokter, keliling dari rumah ke rumah, melalui rumah sakit dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi," kata Jokowi.

Kedua obat ini tentu saja sangat diharapkan dapat membantu mengatasi Covid-19 yang menjadi pandemi global sembari menunggu vaksin Corona Covid-19 yang tengah dikembangkan oleh para peneliti dari berbagai negara.

Nah, yang menjadi pertanyaan, apa sih sebenarnya Avigan dan Klorokuin? Simak ulasan selengkapnya di halaman selanjutnya.

Avigan 

Avigan atau Favipiravir adalah obat antivirus dari Jepang yang dikembangkan pada 2014 oleh perusahaan Jepang, yaitu Fujifilm Toyama Chemical dan diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical.

Avigan dikembangkan untuk mengobati virus influenza, tapi sejak Februari diakui sebagai pengobatan eksperimental untuk pasien Covid-19 di Jepang.

“Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan [melawan virus Corona],” tutur Zhang Xinmin dari Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, seperti dilansir dari laman Asia Nikkei mengutip Suara.com. 

Uji klinis sendiri sudah dilakukan pada 200 pasien rumah sakit di Wuhan dan Shenzhen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima obat ditetapkan negatif dalam waktu yang relatif singkat, selain itu gejala pneumonia juga sangat berkurang.

Zhang Xinmin mengatakan bahwa pasien yang mengonsumsi favipiravir dinyatakan sembuh setelah rata-rata empat hari, lebih lama dari sebelumnya yakni 11 hari. Menurutnya tidak ada efek samping signifikan yang dialami pasien.

Sementara itu, situs Live Science menyebutkan bahwa Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA. Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Corona Covid-19 memang memiliki materi genetik utama RNA, bukan DNA. Obat ini menghentikan replikasi virus dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA Polimerase.

Menurut jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser.B, dan Physical and Biological Science, tertulis bahwa tanpa adanya enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang.

Disebut pula bahwa Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 orang di Wuhan dan Shenzhen. Empat hari usai diberikan obat tersebut, para pasien Covid-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif. Meski begitu, setengah pasien yang dites menunjukkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat obat Avigan. Ahli melihat bahwa pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca-tertular.

Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan adanya perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan pasien yang tidak. Pada pasien yang mengonsumsi obat Avigan tampak kondisi paru meningkat 91%, sedangkan yang tidak mengonsumsi obat Avigan, kualitas paru meningkat hanya 62%.

Dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien Covid-19, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari.

Di Jepang, Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang. Ahli menemukan bahwa obat ini kurang efektif jika diberikan pada pasien yang memiliki gejala berat.

“Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien,” tutur narasumber dari Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun.

Klorokuin (Chloroquine Phosphate)

Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate. Quinine sulfate itu sendiri berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.

Dilansir dari Heathline, salah satu obat yang berpotensi efektif mencegah dan mengobati Covid-19 adalah Chloroquine atau klorokuin. Para peneliti menemukan bahwa obat ini efektif pula untuk mengobati Covid-19.

Setidaknya peneliti telah melakukan 10 uji klinis dalam penelitian yang dilakukan di tabung reaksi. Klorokuin biasanya digunakan untuk mencegah atau mengobati malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Parasit malaria dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk, kemudian hidup dalam jaringan tubuh seperti sel darah merah atau hati.

Obat ini digunakan untuk membunuh parasit malaria yang hidup di dalam sel darah merah. Klorokuin (Chloroquine) termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antimalaria.

Laman Webmd menyebutkan bahwa selain untuk mengobati dan mencegah malaria, Chloroquine juga digunakan untuk mengobati amebiasis (infeksi yang disebabkan oleh amuba).

Namun menurut situs Drugs.com klorokuin bila dikonsumsi jangka panjang atau pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada retina mata.

Jika memiliki masalah pemfokusan, melihat garis-garis cahaya atau kilatan di penglihatan, atau terjadi pembengkakan atau perubahan warna pada mata, berhentilah meminum klorokuin dan hubungi dokter.

Disarankan pula saat mengonsumsi klorokuin, sebaiknya hindari konsumsi antasid atau kaopectate (kaolin-pectin) dalam waktu 4 jam sebelum atau setelah mengonsumsi Klorokuin (chloroquine).

Beberapa antasida dapat membuat tubuh lebih sulit menyerap klorokuin. Jika sedang menggunakan antibiotik yang disebut ampicillin, hindari meminumnya dalam waktu 2 jam sebelum atau 2 jam setelah menggunakan klorokuin.

Chloroquine disebut pula dapat membuat ampisilin jauh lebih efektif jika dikonsumsi secara bersamaan. Namun perlu diketahui bahwa Klorokuin bisa menyebabkan penglihatan kabur dan dapat mengganggu pemikiran atau reaksi.

Oleh karena itu, pasien yang mengonsumsi klorokuin harus berhati-hatil jika mengemudi atau melakukan apa pun yang mengharuskannya untuk waspada dan dapat melihat dengan jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 27 April 2024, Tiket Rp50 Ribu

Jogja
| Sabtu, 27 April 2024, 02:27 WIB

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement