Advertisement

Hasil Studi Pemerintah AS, Ini Kelemahan Virus Corona

Renat Sofie Andriani
Jum'at, 24 April 2020 - 13:47 WIB
Nina Atmasari
Hasil Studi Pemerintah AS, Ini Kelemahan Virus Corona Petugas medis bersiap memeriksa masyarakat di Michigan Health Professionals Covid-19 melalui fasilitas pengujian di Millennium Medical Group di Farmington Hills, Michigan, Amerika Serikat, Selasa (7/4/2020). Menurut data departemen kesehatan kota menunjukkan jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi dari Detroit terus meningkat lebih dari 5.500 pasien dan 221 diantaranya meninggal. Bloomberg - Emily Elconin

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui studinya berhasil menemukan kelemahan virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Menurut studi pemerintah AS, virus corona tidak bertahan lama di pegangan pintu dan permukaan tak berpori lain ketika terkena sinar matahari, suhu dan kelembapan yang lebih tinggi.

Advertisement

“Virus ini 'sekarat' dengan kecepatan yang jauh lebih cepat karena paparan kelembapan ataupun panas,” ungkap Bill Bryan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, dalam suatu konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis (23/4/2020) waktu setempat.

Penelitian baru ini, katanya, menawarkan cara praktis bagi warga Amerika untuk membunuh virus tersebut di permukaan benda-benda, termasuk dengan "meningkatkan suhu dan kelembapan untuk ruangan indoor yang berpotensi terkontaminasi".

Pada suhu 70 hingga 75 derajat Fahrenheit dan kelembapan 80 persen di bawah sinar matahari saat musim panas, misalnya, studi itu menunjukkan virus corona akan bertahan hanya dua menit di permukaan yang berpori.

“Lingkungan yang kering mungkin memerlukan perhatian ekstra,” tambah Bryan, seperti dilansir melalui Bloomberg, Jumat (24/4/2020). 

Presiden Donald Trump, yang hadir dalam kesempatan itu, tampak tertarik oleh penelitian tersebut setelah Bryan menyampaikan presentasinya. Trump memang penasaran mengenai apakah cuaca musim panas dapat mengakhiri wabah virus mematikan ini.

“Apa yang akan terjadi apabila kita menyinarkan tubuh dengan sinar ultraviolet yang luar biasa atau sangat kuat. Saya pikir itu belum diperiksakan tetapi Anda akan mengujinya,” ujar Trump.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan agar tidak menggunakan lampu ultraviolet untuk mensterilkan bagian tubuh mana pun, karena dapat menyebabkan iritasi kulit.

Bryan juga mengatakan bahwa penelitian telah menunjukkan pemutih dapat membunuh virus dalam air liur ataupun cairan pernapasan dalam lima menit dan isopropil alkohol dapat membunuhnya dengan lebih cepat.

Meski demikian, Trump menganjurkan agar dilakukan lebih banyak pengujian untuk hal tersebut juga.

Ketika beberapa negara bagian AS mulai berencana untuk melonggarkan pembatasan jarak sosial (social distancing), timbul pertanyaan tentang apakah musim panas dapat menekan virus corona dan apakah musim gugur dapat membawa wabah baru.

Cuaca dan sinar UV seringkali menjadi faktor penting dalam penularan penyakit menular. Flu, misalnya, kerap berkorelasi dengan suhu dingin dan udara kering.

Satu studi menemukan bahwa di Eropa utara, suhu rendah dan indeks UV yang rendah berjalan seiringan dengan terjadinya puncak virus flu pada periode antara 2010 dan 2018.

Bagaimanapun, para ilmuwan di seluruh dunia terus meneliti virus corona jenis baru ini dan patogennya telah menjalar di penjuru dunia dengan suhu tinggi dan lembap.

Singapura justru melaporkan lonjakan kasus baru terinfeksi corona meskipun memiliki cuaca panas dan lembap. Adapun di negara maju, banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan lebih dingin dan lebih kering tanpa sinar matahari langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement