Advertisement

Ibuku Lebih Mudah Marah daripada Ayahku. Kenapa?

Newswire
Sabtu, 20 Juni 2020 - 02:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Ibuku Lebih Mudah Marah daripada Ayahku. Kenapa? Ilustrasi anak dan ibu - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Anak-anak sering menganggap ibunya lebih galak dibandingkan ayahnya.Sebab para ibu sering marah-marah. 

Kecenderungan ibu kerap marah-marah sebenarnya bisa dikaitkan dengan peran ibu yang harus melakukan pekerjaan banyak secara simultan dalam satu waktu dengan peran berbeda.

Advertisement

Dipaparkan oleh Esta Gracia, pakar relasi keluarga dan parenting, seorang perempuan ketika menjadi ibu harus menjalani peran tambahan. Tak hanya sebagi istri dan anak dari orangtuanya, namun juga sebagai ibu.

"Ada pemicu-pemicu stres yang bisa muncul dari tiga faktor yang biasa disebut biopsikososial model," jelas Esta dalam Online Sharing Session 'Marah pada Anak Tanpa Bikin Trauma' yang diselenggarakan oleh The Asian Parent, Jumat (19/6/2020).

Pertama adalah faktor biologis. Saat seorang ibu mengurus anak, terutama batita atau bayi, secara hormonal bisa menjadi tidak stabil. Terlebih lagi apabila kondisi ibu kurang tidur yang bisa membuat emosi cenderung tidak stabil.

Faktor kedua adalah rasa stres dan jenuh terhadap rutinitas. Kewajiban yang dijalani sebagai seorang istri dan ibu, terutama sebagai ibu rumah tangga yang memang fokus pekerjaannya adalah mengurus anak memang mudah memicu stres.

"Ada klien yang komplain, kok jadi lebih kekanak-kanakan karena sering nonton animasi, ngobrolnya selalu sama anak, dan nggak ada yang bisa diajak ngobrol, misalnya," lanjut Esta.

Faktor sosial adalah yang ketiga. Sering adanya anggapan para ibu yang cenderung mudah marah tidak mau mencari bantuan, namun justru biasanya yang terjadi adalah saat meminta bantuan, yang mereka dapatkan tidak sesuai harapan.

"Eh malah melakukan mom-shaming, bahkan ada yang melakukan baby-shaming, anaknya yang dikritik," ujarnya.

Hal ini pun kemudian membuat para ibu belajar bahwa saat meminta bantuan, respons yang diterima tidak sesuai harapan dan justru mendapatkan komplain atau kritik terhadap diri mereka atau anak mereka.

Kondisi tersebut membuat seorang ibu jadi lebih mudah marah, sensitif, dan kemudian menggeneralisasi bahwa semua orang tidak akan mau membantunya dan mudah berasumsi negarif.

"Itulah kenapa para ibu cenderung mudah marah. Selain karakter ibu sendiri, karakter anak sendiri, lingkungan sosial berpengaruh terhadap cara ibu mengelola ekspresi pada emosi marah," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei

Jogja
| Selasa, 23 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Program Desa Bersih Narkoba Bisa Menggunakan Dana Desa

News
| Selasa, 23 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement