Advertisement

Penting Mana, Masker atau Face Shield?

Aziz Rahardyan
Kamis, 25 Juni 2020 - 04:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Penting Mana, Masker atau Face Shield? Kasie PPNS Satpol PP Jakarta Pusat Gatra Pratama Putra meminta pedagang Pasar Jiung Kemayoran untuk menutup lapaknya di tengah operasi PSBB yang memasuki tahap 3, Jumat (22/5/2020). - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Pada masa pandemi Covid-19 ini, penggunaan masker dan pelindung wajah atau face shield menjadi standar minimum dalam aktivitas masyarakat, terutama di pasar tradisional yang masih menjadi salah satu tempat potensial penularan penyakit mematikan itu.

Oleh karena itu, edukasi oleh pengelola pasar kepada pedagang dan warga masyarakat tentang protokol kesehatan menjadi hal wajib dilakukan.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Sugeng Ibrahim, Ahli Biomedik dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata Semarang, ketika membuka penyuluhan kepada penyuluh pengelola pasar atau kepala pasar se-Jabodetabek yang dihelat bersama Gerakan Pakai Masker (GPM), Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) bersama Bank BRI, Rabu (24/6/2020).

Dalam kesempatan itu, Sugeng menampilkan gambar-gambar terkait dampak Covid-19 bagi paru-paru, prostat, hingga kaki, yang punya bahaya menghambat sirkulasi oksigen dalam tubuh.

"Pintu masuk virus ke manusia, paling banyak melalui saluran nafas. Jadi pada studi yang dilakukan, 75-80 persen itu masuk melalui mulut atau hidung, bertahan di tenggorokan bagian bawah, baru turun ke paru-paru. Sisanya itu masuk melalui selaput bening pada mata," jelasnya.

Menurut Sugeng, inilah kenapa melepas masker lebih berbahaya daripada melepas face shield. Pasalnya, face shield punya peran melindungi mata dari gerakan instingtif tangan, namun, masker punya peranan jauh lebih besar sebagai pintu masuk utama virus.

"Kalau pakai masker dan face shield, tingkat penularan bisa turun sampai 85 persen. Tapi, kalau memang harus bergantian, jangan masker yang dilepas tapi face shield tetap dipakai, ini justru lebih berisiko. Jadi, kalau mau salah satu dilepas ya, face shield saja," jelasnya.

Sugeng pun menyarankan bagi pasar yang memiliki pendanaan lebih untuk rajin memberikan disinfeksi di seluruh pasar, agar para pedagang dan pengunjung yang hanya memakai masker pun tak terlalu berisiko ketika tangannya menyentuh barang-barang pasar.

Pasar minimal harus dilap cairan disinfeksi sehari dua kali, di bagian-bagian rawan tersentuh, terutama kamar mandi di bagian wastafelnya.

Sementara itu, Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan seluruh pengelola pasar tradisional juga mesti tetap menjaga kapasitas maksimal di setiap ruangan, sehingga antarmanusia di dalamya masih memiliki jaga-jarak aman.

"Risiko penularan di tempat umum dan terbuka. Makanya kerumunan itu sebaiknya tetap dihindari, salah satunya di pasar," jelasnya.

Risiko adanya penderita Covid-19 di 25 orang yang berkumpul masih memiliki kemungkinan penularan 73 persen, sementara di tengah 50 orang berkumpul, kemungkinannya bahkan masih mencapai 92 persen.

Dalam kesempatan yang sama, dokter holistik Grace Hananta memberikan beberapa tips menggunakan masker bagi para pengelola pasar yang biasanya sering dilupakan.

Misalnya, memastikan masker yang dipakai itu memiliki standar tiga lapis kain ataupun tisu, mengganti masker setiap 4 jam, jangan menyentuh masker di bagian tengahnya, dan menyarankan penggunaan masker medis bagi orang yang tampak sakit, sementara masker kain buat yang sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Usulan Formasi PPPK-CPNS 2024 Disetujui Pusat, Pemkab Bantul: Kami Tunggu Kepastian Alokasinya

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Ditangkap di Kontrakannya, Begini Tampang Pelaku Pemerasan Penumpang Grab Car

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement