Advertisement

Stigma Masyarakat Dinilai Persulit Pelacakan Pasien Positif Corona

Nindya Aldila
Jum'at, 07 Agustus 2020 - 10:47 WIB
Sunartono
Stigma Masyarakat Dinilai Persulit Pelacakan Pasien Positif Corona Seorang warga yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 membawa spanduk bertuliskan ucapan terima kasih kepada tenaga medis saat dipulangkan dari tempat karantina di Asrama Haji Surabaya pekan lalu. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Banyak pasien positif Covid-19 merasa khawatir dengan stigma yang bakal menimpa dirinya dan keluarganya. Alhasil, banyak pasien yang tidak jujur sehingga menyulitkan proses pelacakan atau tracing.

Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Corona Rintawan mengatakan faktor kejujuran memegang peranan penting dalam melakukan tracing.

Advertisement

Namun, sayangnya banyak pasien yang mengaku lupa saat ditanya orang-orang yang sudah melakukan kontak dengannya dan tempat yang dikunjungi.

"Semakin banyak ditanya, semakin sulit jujur. Kalau masyarakat tidak mengaku, tracing tidak mungkin [dilakukan]. Apalagi kalau jawabnya lupa. Bagaimana mau tracing," ungkapnya dalam Webinar Melacak Kasus Positif & Silent Killer Covid-19, Kamis (6/8/2020).

Bahkan, kebanyakan pasien dengan kasus probable mengklaim dirinya tidak keluar rumah. "Memang tidak pernah keluar rumah, tetapi mungkin anak cucunya yang kemana-mana," lanjutnya.

Selain itu, informasi tentang Covid-19 yang bercampur aduk antara fakta dan hoax menjadi faktor masyarakat paranoid dengan virus ini. 

Corona menyayangkan adanya informasi terkait dengan dugaan RS yang memalsukan hasil tes swab negatif menjadi positif dengan motif agar mendapat tebusan dari pemerintah.

Dia membantah hal ini karena diagnosis kedokteran tidak mungkin dilakukan main-main. Seluruh data pasien akan terekam dan akan diverifikasi oleh BPJS Kesehatan, sehingga akan sangat berisiko bagi RS.

"Untuk pasien yang curiga Covid-19, pada saat diklaim ke Kementerian Kesehatan BPJS Kesehatan yang akan memverifikasi secara independen," ungkapnya.  

Lagipula pada kenyataannya, kata dia, klaim biaya Covid-19 masih banyak yang belum cair.

Sementara itu, Dokter Umum Puskesmas Dompu Timur NTB Laela Soraya mengungkapkan ketakutan masyarakat terhadap stigma juga terjadi di daerah kecil seperti di NTB. 

"Ada yang menolak keluarganya dikucilkan. Ini memang dibutuhkan komunikasi dan sosialisasi karena sosialisasi kita masih rendah," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Komplotan Spesialis Pengganjal ATM di Gerai Ritel Modern Ditangkap Polresta Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement