Advertisement

Benarkah Kolesterol Tinggi Tidak Memiliki Gejala?

Krizia Putri Kinanti
Kamis, 01 Oktober 2020 - 22:17 WIB
Bhekti Suryani
Benarkah Kolesterol Tinggi Tidak Memiliki Gejala? Ilustrasi - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA -- Di masa pandemi, masyarakat memiliki aktivitas di luar rumah yang sangat terbatas dan berpotensi terserang kolesterol.

Dokter spesialis penyakit dalam-Gastroenterologi-Hepatologi, Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa kadar kolesterol tinggi datang kadang tanpa gejala, ini yang menjadi masalah karena kebanyakan pasien datang saat kolesterol sudah tinggi dan sudah berdampak pada organ-organ tubuh.

Advertisement

“Sehingga, ini makanya pentingnya melakukan check-up seperti itu karena kadang tanpa gejala. Karena memang bagusnya umur di atas 40 tahun rutin periksa darah HB, leukosit, gula darah, asam urat dll,” tuturnya dalam live Instagramnya @dokterari, Kamis (1/10/2020)

Karena semakin dini kita mengetahui kadar kolesterol kita, maka semakin cepat diobati sebelum berbahaya karena kolesterol tinggi bisa menimbulkan masalah di dalam organ-organ tubuh. Kolesterol tinggi juga tidak hanya pada pasien dengan berat badan berlebih, karena terkadang pasien kurus ada juga yang kolesterolnya tinggi.

Secara umum minimal orang dengan umur 40 tahun ke atas yang harus rajin memeriksakan darah, tapi apabila kita ada faktor resiko misalnya berat badan berlebih, orang tua ada penyakit kencing manis, kolesterol juga harus diperiksakan.

Apabila kita rasa tidak enak badan setelah makan sudah boleh juga diperiksakan, karena sering kali juga ditemukan orang usia 20 tahunan yang memiliki kadar kolesterol tinggi.

“Nah untuk kadar kolesterol pada anak, relatif tidak bisa diam bergerak terus, cuma dalam kondisi pandemi seperti ini bisa saja anak tidak bergerak sehingga akan gemuk. Kalau anak-anak ini kan masih muda, proses penuaan belum terjadi secara signifikan meskipun dokter juga mengingatkan anak gemuk itu harus berhati-hati,” ujarnya.

Selain obat, pasien juga harus melakukan perubahan gaya hidup, seperti banyak aktivitas, makan sayur, menghindari makan-makanan berlemak. Prinsipnya pengobatan ini harus dilakukan secara bersamaan, jadi perubahan gaya hidup dan kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan tadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Alert! Stok Darah di DIY Menipis, PMI Dorong Instansi Gelar Donor Darah

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Yordania Tegaskan Larang Wilayah Udaranya Jadi Medan Tempur Iran vs Israel

News
| Sabtu, 20 April 2024, 15:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement