Advertisement

Ini Penjelasan Hubungan Obesitas dan Virus Corona

Syaiful Millah
Rabu, 27 Januari 2021 - 11:17 WIB
Sunartono
Ini Penjelasan Hubungan Obesitas dan Virus Corona Orang-orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas memiliki risiko lebih besar terinfeksi virus corona - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Virus corona adalah ancaman tanpa pandang bulu, bisa menyerang siapa saja dari segala usia dan menyerang berbagai titik vital dalam tubuh. Peneliti kini telah menemukan hubungan yang kuat antara kelebihan berat badan atau obesitas dengan Covid-19.

Hilary Jones, dokter umum dan penulis masalah kesehatan Inggris mengatakan kelebihan berat badan biasanya terkait dengan sejumlah penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, usus, dan kanker payudara.

Advertisement

“Obesitas menyebabkan peradangan umum di tubuh dan itu merupakan faktor risiko utama untuk Covid-19. Jika Anda tertular virus dan kelebihan berat badan, Anda berisiko jauh lebih besar terkena infeksi serius,” katanya seperti dikutip Express UK, Rabu (27/1/2021).

BACA JUGA : Begini Efektivitas Vaksin Covid-19 untuk Penderita Obesitas

Sepanjang pandemi, otoritas kesehatan masyarakat telah menggarisbawahi risiko yang terkait dengan hal ini. Juli tahun lalu, Public Health England memperkirakan bahwa indeks massa tubuh (BMI) 35 hingga 40 dapat meningkatkan peluang seorang meninggal akibat Covid-19.

BMI yang lebih besar dari 40 dapat meningkatkan risiko hingga 90 persen. Sebagai informasi, BMI adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memeriksa apakah seseorang memiliki berat badan yang sehat.

Pada Oktober tahun lalu, Stephen O'Rahilly, direktur unit penyakit metabolik di Cambridge University mengatakan ada dua hal yang terjadi ketika orang mengalami obesitas, jumlah lemak meningkat dan penambahan lemak di tempat yang salah.

Hal ini mengganggu metabolisme, utamanya adalah tingkat insulin yang sangat tinggi dalam darah. Gangguan ini dikaitkan dengan berbagai kelainan termasuk peningkatan sitokin inflamasi dan pengurangan molekul adiponektin yang secara langsung melindungi paru-paru.

BACA JUGA : Orang dengan Obesitas Rentan Kritis saat Terinfeksi Corona

Dia menambahkan, mungkin juga lemak meningkat di paru-paru itu sendiri yang dapat mengganggu cara organ itu menangani virus. Menurut O'Rahilly, hal sederhana yang terlihat seperti dada besar atau perut besar terlalu menyederhanakan persoalan.

“Apa yang sebenarnya terjadi adalah metabolisme, dan kita tahu itu karena jika kita melihat penanda genetik untuk gangguan metabolisme, mereka jauh lebih dekat hubungannya dengan hasil yang buruk daripada penanda genetik untuk obesitas itu sendiri," ungkap Hilary Jones.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Masuk Awal Kemarau, BPBD DIY Pastikan DIY Tidak Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

Jogja
| Rabu, 08 Mei 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Viral Unboxing Paket Mainan Megatron, Kemenkeu Pastikan Itu Bukan Ulah Bea Cukai

News
| Rabu, 08 Mei 2024, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement