Advertisement

Perempuan Lebih Berisiko Alzheimer daripada Pria

Nabila Dina Ayufajari
Sabtu, 02 Juli 2022 - 13:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Perempuan Lebih Berisiko Alzheimer daripada Pria Ilustrasi - meioambienterio.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Baru-baru ini, survei menemukan bahwa sekitar 82 persen perempuan tidak menyadari peningkatan risiko penyakit Alzheimer. Survei tersebut dari Gerakan Alzheimer Wanita di Klinik Cleveland Amerika Serikat (AS).

Lantas, apa alasan wanita lebih berisiko tinggi mengidap penyakit alzheimer daripada pria? Hampir tiga perempat dari wanita yang disurvei tidak membicarakan atau berkonsultasi dengan dokter mengenai kesehatan otak mereka.

Advertisement

Menurut Alzheimer's Association, perkiraan risiko seumur hidup seorang wanita terkena Alzheimer pada usia 65 adalah 1 dari 5. Di AS, ada lebih dari 6 juta orang berusia 65 tahun hingga lanjut usia dengan Alzheimer, dan hampir 4 juta di antaranya adalah wanita.

Kemudian, wanita di usia 60-an sekitar dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan alzheimer selama sisa hidup mereka dibandingkan dengan risiko terkena kanker payudara yang tinggi dalam dirinya sendiri.

Sebuah studi baru-baru ini telah mencoba untuk mencari tahu alasan wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer daripada pria.

Baca juga: Cara Menambah Tinggi Badan dengan Cepat dan Alami

Ada sejumlah alasan biologis dan sosial potensial yang dapat menjadi penyebab alasan lebih banyak wanita menderita penyakit Alzheimer daripada pria. 

Para peneliti di University of Chicago dan Boston University School of Medicine telah menemukan gen baru yang disebut MGMT, O6-Methylguanine-DNA-methyltransferase, yang bisa menjadi alasan di balik peningkatan risiko pada wanita.

Lindsay Farrer, kepala genetika biomedis di BUSM dan penulis senior studi tersebut mengatakan, “Ini adalah salah satu dari sedikit dan mungkin asosiasi terkuat dari faktor risiko genetik untuk alzheimer yang khusus untuk wanita," dilansir dari Times of India pada Jumat (1/7/2022).

Menurutnya, temuan ini sangat kuat karena ditemukan secara independen pada dua populasi berbeda menggunakan pendekatan berbeda.

Sementara itu, pandangan lain menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita ini mungkin disebabkan oleh fakta kalau wanita hidup lebih lama daripada rata-rata pria. Selain itu, usia yang lebih tua merupakan faktor risiko besar untuk penyakit alzheimer.

Meskipun beberapa faktor risiko seperti usia atau gen tidak dapat diubah, faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi dan kurang olahraga biasanya dapat diubah dengan mengikuti perubahan gaya hidup sehat yang tepat.

Salah satunya adalah dengan menanamkan latihan fisik dalam rutinitas harian. Olahraga dapat membantu sel-sel otak dengan meningkatkan aliran darah dan oksigen di otak.

Ada bukti bahwa konsumsi makanan yang baik untuk jantung juga dapat membantu melindungi otak. Ini termasuk membatasi asupan gula dan lemak jenuh. 

Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam porsi makan harian. Beberapa makanan bermanfaat ini juga termasuk produk susu rendah lemak, ikan, unggas, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan minyak sayur.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki hubungan sosial yang kuat seiring bertambahnya usia juga dapat membantu menurunkan risiko alzheimer dan penurunan kognitif. Ini bisa jadi karena mekanisme langsung melalui rangsangan sosial yang memperkuat hubungan antara sel-sel saraf di otak.

Diketahui, alzheimer adalah gangguan neurologis yang secara perlahan merusak memori dan kemampuan berpikir otak. 

Akhirnya, seseorang dengan penyakit alzheimer bahkan tidak dapat melakukan tugas yang paling sederhana. Sebagian besar, penyakit ini mulai menunjukkan gejalanya ketika seseorang berusia pertengahan 60-an. Ini juga merupakan penyebab paling umum dari demensia pada orang dewasa yang lebih tua.

Penyakit ini dinamai Dr. Alois Alzheimer yang melihat perubahan pada jaringan otak seorang wanita yang telah meninggal karena penyakit mental yang tidak biasa. Dia mengalami kehilangan ingatan, masalah bahasa, dan perilaku yang tidak terduga. Setelah kematiannya, Dr. Alzheimer memeriksa otaknya dan menemukan banyak gumpalan abnormal dan ikatan serat yang kusut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA

Jogja
| Kamis, 25 April 2024, 06:47 WIB

Advertisement

alt

Kemenkes Buka Pendaftaran Lowongan Nakes untuk 4 Rumah Sakit

News
| Kamis, 25 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement