Advertisement

Peneliti Ungkap Pelurus Rambut Terkait dengan Peningkatan Risiko Kanker Rahim

Lajeng Padmaratri
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 00:27 WIB
Lajeng Padmaratri
Peneliti Ungkap Pelurus Rambut Terkait dengan Peningkatan Risiko Kanker Rahim Ilustrasi meluruskan rambut. / Istockphoto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Menggunakan produk kimia bisa berefek buruk pada tubuh, apalagi jika penggunaannya dilakukan berlebihan.

Baru-baru ini, para peneliti di US National Institute of Environmental Health Science (NIEHS) merilis hasil studi bahwa kanker rahim yang langka dan agresif meningkat di Amerika Serikat, terutama di kalangan orang kulit berwarna. Penggunaan pelurus rambut berbahan kimia diduga jadi penyebabnya.

Advertisement

Studi yang dilakukan hampir 11 tahun lamanya ini merilis bahwa ada 378 kasus kanker rahim yang diidentifikasi dari 33.937 perempuan yang menjadi responden penelitian.

Dalam studi yang dilakukan, para penelti menemukan bahwa mereka yang telah menggunakan produk pelurus rambut kimiawi lebih dari empat kali dalam 12 bulan sebelum disurvei, 155% lebih mungkin didiagnosis kanker rahim dibandingkan mereka yang tidak pernah melakukan perawatan pelurusan rambut.

Sebagai gambaran, mereka yang tidak pernah menggunakan produk pelurus rambut memiliki peluang 1,64% lebih tinggi untuk terdiagnosis kanker rahim saat berusia 70 tahun. Angka itu merangkak naik hingga 4,05% di antara mereka yang sering meluruskan rambut secara kimiawi. Risiko ini memang bisa dibilang masih kecil, namun jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

"Penemuan ini adalah bukti epidemiologis pertama tentang hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut dengan kanker rahim," tulis peneliti di NIEHS, Chandra Jackson, seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (21/10/2022).

Studi ini dipublikasikan di Journal of National Cancer Institute.

Menurut studi ini, bahan kimia pelurus rambut itu bisa mengganggu sistem endokrin kita. Sistem endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar yang menghasilkan hormon tersikulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain.

Pada 2018, peneliti menemukan bahan kimia pengganggu endoktin dalam 18 produk rambut yang diuji. Terlebih, 84% bahan kimia yang tercantum pada label produk dan 11 produk mengandung bahan kimia yang dilarang menurut Pedoman Kosmetik Uni Eropa atau diatur berdasarkan Undang-Undang California.

Didominasi Kulit Hitam

Setahun berselang, sebuah penelitian yang didanai oleh NIH menemukan bahwa pewarna rambut permanen dan bahan kimia pelurus dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Hal ini terutama terjadi di kalangan wanita kulit hitam yang cenderung lebih sering melakukan perawatan ini.

Pada 2021, studi lanjutan menemukan pewarna rambut permanen dan produk pelurus kimiawi dikaitkan dengan risiko kanker ovarium yang lebih tinggi. Kini, kanker rahim turut ditambahkan dalam daftar.

Studi tentang kanker ini sebenarnya tidak mengidentifikasi perbedaan antara kelompok ras dan etnis. Namun, penulis mencatat bahwa pada perempuan kulit hitam risikonya lebih besar, sebab mereka menggunakan produk pelurus rambut pada usia yang lebih muda dan konsentrasi yang lebih tinggi.

Suatu studi lain bahkan mengungkapkan bahwa 89% wanita Afrika-Amerika dilaporkan menggunakan produk pelurus rambut kimiawi.

Para peneliti masih mencari tahu bahan spesifik mana dalam produk pelurus rambut yang memiliki efek karsinogenik terkait, namun sejauh ini yang menjadi tersangka ialah bahan paraben, ptalat, dan formaldehida.

Studi lanjutan juga diperlukan untuk memahami keterkaitan antara aktivitas fisik, penggunaan produk rambut, dan kanker rahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Science Alert

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Transformasi Digital UMKM, Diskominfo DIY Gelar Pelatihan E-Business

Bantul
| Kamis, 18 April 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Bareskrim Gandeng Polisi Thailand Buru dan Bawa Pulang Buron Narkoba Fredy Pratama

News
| Kamis, 18 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement