Dampak Stunting Pada Anak, Perkembangan Otak Menjadi Tidak Maksimal
Advertisement
Harianjogja.com, PURWOKERTO- Masalah kekerdilan atau stunting dapat menyebabkan perkembangan otak anak menjadi tidak maksimal. Hal itu diungkapkan Dokter Spesialis Anak Agus Fitrianto.
"Stunting adalah indikator kekurangan energi dan protein dalam waktu lama atau malnutrisi kronik," katanya di Purwokerto, Banyumas, Sabtu (31/8/2019).
Advertisement
Agus Fitrianto yang praktik di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Kabupaten Banyumas, mengatakan stunting paling umum terjadi dalam rentang usia 0 hingga 2 tahun.
"Padahal rentang usia tersebut adalah periode penting di mana otak sedang berkembang secara pesat sehingga kalau anak stunting dipastikan perkembangan otaknya juga tidak maksimal. Sehingga anak harus sembuh dari stunting," katanya.
Dia mengatakan dirinya mengapresiasi program pemerintah yang tengah fokus untuk menciptakan SDM unggul.
"Untuk menciptakan SDM unggul dan berdaya saing berarti harus mengatasi masalah stunting atau kekerdilan," katanya.
Dia mengatakan, orang tua yang memiliki anak dalam rentang usia 0 hingga 2 tahun harus memastikan tumbuh kembang buah hati mereka terpantau secara berkala.
"Pastikan menilai tumbung kembang anak balita secara teratur bisa melalui posyandu atau periksa rutin ke dokter. Pastikan tumbuh kembangnya dipantau dan didokumentasikan di buku kesehatan anak," katanya.
Sebelumnya, akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto Kavadya Syska mengatakan sosialisasi mengenai pangan sehat perlu terus ditingkatkan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus mencegah kekerdilan atau stunting.
"Sosialisasi dan promosi mengenai pangan sehat melalui pangan fungsional perlu terus-menerus disampaikan kepada masyarakat," katanya.
Kavadya Syska yang merupakan Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto mengatakan pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan di samping manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.
Dia mengatakan para pemangku kepentingan perlu turut andil memberikan pemahaman mengenai pangan yang sehat.
"Yaitu pangan yang bergizi, pangan yang higienis dengan sanitasi yang baik, serta pangan fungsional yang dilakukan sejak mulai kehamilan sampai anak terlahir hingga usia dua tahun," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Polres Bantul Terjunkan 1.330 Personel Pengamanan pada Hari Pencoblosan Besok
Advertisement
Hari Ini Kejagung Kembali Periksa 5 Saksi dalam Kasus Impor Gula di Kemendag
Advertisement
Berita Populer
- 11 Cara Kematian Paling Menyakitkan Menurut Sains
- Selain Enak, Deretan Makanan Super Ini Bisa Cegah Penyakit
- Manfaat Tertawa, Menggigil, hingga Muntah pada Tubuh Anda
- Sejumlah Zodiak Ini Diramalkan Menikah di Tahun 2023
- Seorang Ibu Minum ASI Sendiri karena Tak Rela Jika Dibuang
- Wajah dan Tubuh Tidak Simetris, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement