Advertisement

8 Tradisi Religi yang Hanya Ada di Indonesia dan Masih Lestari

Newswire
Selasa, 04 Februari 2020 - 11:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
8 Tradisi Religi yang Hanya Ada di Indonesia dan Masih Lestari Salah satu gunungan diarak keluar dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam proses Grebeg Besar, Rabu (23/8/2018). - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Indonesia kaya dengan budaya dan tradisi, salah satunya tradisi religi atau keagamaan yang masih diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini. Selain untuk memperkuat ukhuwah, tradisi ini juga dianggap sebagai syiar Islam.

Berikut delapan tradisi religi di Indonesia yang dirangkum Okezone dari berbagai sumber:

Advertisement

1. Halalbihalal

Halalbihalal, tradisi khas Indonesia yang lahir dari sebuah proses sejarah. Biasanya dilakukan pada bulan Syawal atau momentum Hari Raya Idul Fitri. Halalbihalal dilakukan dengan silaturahmi, saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Meski namanya agak ke Araban, tapi halalbihalal hanya ada di Indonesia.

2. Tabot atau Tabuik

Tradisi Tabot atau Tabuik merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu. Tabot dilakukan untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Kedua cucu Rasulullah SAW itu gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada 10 Muharram 61 Hijriah (681 Masehi). Perayaan Tabot di Bengkulu dilaksanakan pertama kali oleh Syeikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeikh Burhanudin menikah dengan wanita asal Bengkulu yang keturunannya disebut sebagai keluarga Tabot.

Upacara Tabot biasanya dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahun. Tabot kini jadi salah satu festival tahunan yang sering digelar di Bengkulu.

3. Sekaten Surakarta

Tradisi Sekaten atau peringatan yang dinamai Maulid Nabi ini dilaksanakan setiap tahun di Kraton Surakarta, Jawa Tengah dan Kraton Jogja. Sekaten masih dilestarikan sebagai wujud untuk mengenang jasa para Walisongo yang telah berhasil menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Sekaten berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat syahadat). Tradisi ini dikenal sebagai sarana penyebaran agama Islam yang awalnya dilakukan oleh Sunan Bonang.

Upacara Sekaten biasanya menyuguhkan gamelan pusaka dari peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak.

4. Grebeg

Grebeg salah satu tradisi yang dilakukan di Kraton Jogja. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Biasanya, tradisi ini dilakukan saat Sultan mempunyai hajat berupa menikahkan putra mahkotanya. Tradisi Grebeg di Jogja diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.

Grebeg pertama diselenggarakan setiap 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri, kedua Grebeg besar biasanya diadakan setiap 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha. Sementara Grebeg Maulud diselenggarakan pada 12 Rabiul Awal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

5. Grebeg Besar Demak

Tradisi Grebeg Besar salah satu upacara tradisional yang selalu diadakan setiap tahun di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Grebeg besar dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

6. Kerobok Maulid di Kutai

Tradisi Krobok Maulid salah satu upacara yang berasal dari Kedaton Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kerobok berasal dari bahasa Kutai yang berarti berkerubunan atau berkerumun. Kerobok Maulid biasanya dipusatkan di halaman Masjid Jami' Hasanuddin, Tenggarong dalam rangka Maulid Nabi Muhammad pada tiap 12 Rabiulawwal.

Tradisi ini biasanya diawali dengan pembacaan zikir barzanji. Kemudian diisi dengan persembahan dari Keraton Sultan Kutai serta prajurit Kesultanan yang membawa usung-usungan berisi kue tradisional, bunga rampai dan astagona.

7. Rabu Kasan

Rabu Kasan salah satu tradisi yang sering dilaksanakan di Desa Air Anyer, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung. Biasanya dilakukan tiap Rabu akhir bulan Safar. Warga menyiapkan ketupat, air dan makanan untuk dimakan. Mereka juga berdoa memohon perlindungan Allah dan dijauhkan dari bala atau musibah.

8. Dugderan Semarang

Dugderan, salah satu tradisi masyarakat Semarang, Jawa Tengah dalam menyambut atau memeriahkan masuknya bulan Ramadan. Sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Festival dugderan dilakukan dengan memukul bedug atau membuat bunyi-bunyian seperti membakar mercon menjelang masuknya waktu salat magrib atau masuknya 1 Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini, Minggu 29 Desember 2024, Berangkat dari Stasiun Lempuyangan hingga Purwosari

Jogja
| Minggu, 29 Desember 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Tak Ada Niatan Mempersulit Hidup Rakyat, Prabowo: Mohon Bersabarlah!

News
| Sabtu, 28 Desember 2024, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement