Advertisement

Hasil Studi: Gejala Covid-19 pada Lansia Tak Lazim

Nindya Aldila
Senin, 09 Agustus 2021 - 10:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Hasil Studi: Gejala Covid-19 pada Lansia Tak Lazim Ilustrasi lansia mengalami sesak napas saat isolasi mandiri (isoman) - Freepik.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Gejala Covid-19 di antara lansia berbeda dengan gejala pada umumnya. Tidak ada demam, batuk, atau sesak napas. Temuan itu berdasarkan hasil sebuah studi. 

Seiring meningkatnya penyebaran virus corona dan angka perawatan di rumah sakit di antara para lansia, sebuah studi skala besar yang direkam dalam Journals of Gerontology mempelajari tentang adanya perbedaan Covid-19 pada orang lanjut usia.

Advertisement

Pada Maret 2020, seorang nenek, Rosemary Bily berusia 86 tahun di Oceanside, New York tiba-tiba terlihat lesu dan hampir tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya. Beberapa kali dia merasa mual, diare, dan sedikit batuk. Suaminya, Eugene Bily yang berumur 90 tahun juga berubah menjadi sangat lesu.

Hal ini terjadi setelah melakukan perkumpulan keluarga sebelumnya. Meskipun tidak sempat melakukan tes karena ketersediannya yang terbatas pada saat itu, tes antibodi selanjutnya mengkonfirmasi bahwa Eugene dan Rosemary Bily, telah tertular Covid-19, tetapi sudah selamat dari virus.

“Orang-orang mengira [gejalanya[ demam, batuk, dan kesulitan bernapas," kata Allison Marziliano, penulis utama studi tersebut. Dia juga merupakan psikolog sosial dan kesehatan di Feinstein Institutes for Medical Research di New York seperti dikutip dari New York Times pada Minggu (8/8/2021).

Baca juga: Tenaga Kesehatan di Gunungkidul Bakal Disuntik Vaksin Dosis Ketiga

Para peneliti menemukan bahwa dari catatan kesehatan 5.000 pasien berumur di atas 65 tahun yang dirawat di rumah sakit Northwell akibat Covid-19, menunjukkan sepertiganya datang ke rumah sakit dengan gejala yang tidak terduga sebelumnya.

Melalui analisis perangkat lunak, seperempat dari pasien manula melaporkan penurunan fungsional. “[Kondisi mereka] turun, lelah, lemas, sulit berjalan atau bangun dari tempat tidur,” kata Marziliano.

Selain itu, sebanyak 11 persen mengalami penurunan kondisi mental seperti, kebingungan, agitasi, lupa, dan lesu. Sementara itu, setengah dari kelompok tersebut juga mengalami salah satu gejala Covid-19 klasik seperti demam, sulit bernapas, atau batuk.

“Para dokter harus tahu, para lansia harus tua, perawat mereka harus tahu. Jika melihat gejala yang tidak biasa, itu bisa jadi Covid,” kata Marziliano.

Sementara itu, gejala yang tidak wajar semakin tampak pada pasien dengan umur yang semakin tua, terlihat dari kelompok usia 65 - 74 tahun sebesar 31 persen, dan mencapai 44 persen pada umur di atas 85 tahun.

Dalam studi ini, gejala yang tak wajar ini didominasi dari kalangan wanita, berkulit hitam (tidak termasuk Hispanik), dan pada mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan demensia.

Kendati kebanyakan mereka tidak mengalami gejala sesak napas, mereka tidak perlu dirawat di ruang intensif. Namun, kematian pada kelompok ini cukup tinggi, yakni sekitar sepertiga pada kedua kelompok tadi. Untuk itu, kondisi ini tidak boleh disepelekan.

Kesimpulan yang mirip muncul dari studi dengan skala yang lebih kecil. Studi yang dilakukan oleh Brown University di Providence, Rhode Island pada awal pandemi AS dan Eropa menunjukkan bahwa gejala paling umum dari virus ini adalah kehilangan nafsu makan, lesu, diare, dan kelelahan.

“Pada manula mereka tidak selalu memperlihatkan [gejala] orang dewasa seperti biasanya. Mungkin mereka tidak demam. Metabolisme mereka berbeda," kata Maria Carney, seorang ahli geriatri dan penulis studi Northwell.

Sementara itu, Eleftherios Mylonakis, Kepala Penyakit Menular Warren Alpert Medical School, Brown University mengatakan memahami gejala yang samar seperti lemah, kebingungan, atau kehilangan nafsu makan mungkin menandakan infeksi Covid dapat membantu melindungi teman dan keluarga. Dengan demikian, mereka dapat segera melakukan isolasi dan tes.

“Ini tidak hanya membantu individu, tetapi juga dapat menahan penyebaran virus,” kata Mylonakis.

Selain itu, segera melakukan tes Covid juga dapat menghindari tes dan prosedur yang tidak perlu, misalkan CT scan yang mahal akan memberatkan dan membutuhkan waktu untuk membuat jadwal. Sementara melakukan swab hidung untuk tes Covid-19 lebih cepat, relatif murah dan sekarang tersedia secara luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement