Advertisement

Jangan Tidur saat Lapar, Ini Dampak Negatifnya

Newswire
Jum'at, 27 September 2019 - 18:47 WIB
Nina Atmasari
Jangan Tidur saat Lapar, Ini Dampak Negatifnya Ilustrasi tidur - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA-- Seringkali karena suatu alasan, orang memilih tidur saat lapar. Perilaku tidur saat lapar seperti ini ternyata dianggap tidak baik untuk kesehatan.

Hal tersebut dijelaskan secara gamblang oleh Ahli gizi, dr. Juwalita Surapsari, SpGK. Menurutnya, ketika seseorang memaksakan tidur saat lapar, dampak negatifnya justru akan berlipat-lipat ganda dan dapat membahayakan kesehatan.

Advertisement

"Kalau lagi lapar terus dipaksakan untuk tidur, itu malah bisa bikin kacau sistem metabolisme tubuh. Saya selalu melarang pasien yang sedang diet terus mereka ingin skip makan malam," tegas dr. Juwalita Surapsari, saat ditemui di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Juwalita menambahkan, ketika seseorang menunda makan malam dan memaksakan untuk tidur, biasanya mereka akan terbangun sekitar jam 1-2 dini hari. Bila sudah demikian, mereka justru akan kalap menyantap makanan karena rasa laparnya sudah memuncak.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa cara terbaik untuk menghilangkan rasa lapar adalah dengan menyantap makanan sesuai porsinya. Tidak perlu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit.

Lantas, bagaimana bila rasa lapar melanda di jam-jam krusial seperti siang dan sore hari? Khususnya bagi mereka yang bekerja kantoran dan tidak memiliki stok makanan.

"Kita bisa memanipulasi otak dengan meminum air putih. Dengan meminum air putih ada proses impuls yang kemudian menimbulkan sensasi rasa kenyang. Cara ini dapat dilakukan bila memang tidak memiliki persediaan makanan. Tapi kalau sudah ada waktu luang, segera turun ke bawah untuk membeli maknan," katanya.

Lebih lanjut Juwalita menjelaskan, secara ilmiah, orang-orang yang terbiasa menunda makan cenderung lebih muda kepancing emosinya. Ini disebabkan karena kandungan glukosa di dalam tubuh mereka sudah mulai berkurang.

Seperti diketahui, glukosa merupakan sumber energi di dalam tubuh yang memainkan peran penting dalam menjaga stamina dan suasana hati manusia. Namun ketika gula darah turun, tubuh akan mengeluarkan hormon ghrelin. Hormon ini kemudian akan mencetuskan hormon kortisol (stres).

"Saat kortisol dilepaskan, tubuh kita bawaanya jadi enggak enak atau sering juga disebut dengan istilah stressful. Pada tahap tersebut rasa marah akan muncul," tuturnya.

Tidak hanya itu, Juwalita menyebutkan bahwa otak juga menjadi salah satu organ di dalam tubuh yang bergantung pada glukosa. Bila asupan glukosa mulai menurun, kadar Neuropeptide Y di otak akan semakin tinggi sehingga dapat memengaruhi perilaku seseorang.

Ia akan lebih agresif dan lebih gampang melontarkan kata-kata kasar. Untuk menanggulangi hal tersebut, Juwalita menyarankan untuk selalu menyediakan camilan khusus sebagai pengganjal perut pada jam-jam krusial.

Kadar gula biasanya menurun menjelang jam makan siang sekitar pukul 09.00 - 12.00. Lalu, menjelang makan malam sekitar pukul 16.00, pada saat itu perut sedang kosong-kosongnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement